Sejumlah petugas melihat Pesawat Merpati Nusantara Airlines yang tergelincir dan patah di landasan pacu Bandara El Tari Kupang, NTT, (10/6). Tidak terdapat korban jiwa pada pesawat yang menampung 46 penumpang dan empat kru ini. Tempo/Jhon Seo
TEMPO.CO, Jakarta - Pegawai PT Merpati Nusantara Airlines yang tergabung dalam Forum Pegawai Merpati menolak Kapten Haryo P. Soerjokoesoemo sebagai direktur produksi. Mereka beralasan Haryo terindikasi memalsukan riwayat hidup.
"Kami FPM minta tolong selamatkan Merpati," kata Ketua Umum Forum Pegawai Merpati Sudiyarto pada 24 Desember 2013. "Jangan buat Merpati semakin tidak jelas. Oleh karena itu, kami minta seluruh jajaran direksi diganti."
Forum meminta pemerintah meninjau ulang jajaran direksi Merpati. Tak hanya itu saja, para pegawai itu meminta pertanggungjawaban Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Asep Eka Nugraha atau PT Perusahaan Pengelolaan Aset maupun jajaran di bawah Kementerian BUMN. Sudiyarto beralasan Asep Eka Nugraha tak menunjukkan kinerja yang benar. Asep sendiri menjabat sebagai Direktur Utama sejak Juli 2013.
Sudiyarto mendasarkan bukti kinerja itu pada tidak berkurangnya alat produksi penerbangan, ditariknya dua pesawat Merpati oleh pemiliknya karena gagal bayar sewa, dan utang kepada Pertamina yang mencapai Rp 150 miliar. Bukti lainnya adalah embargo terhadap Merpati di enam daerah. Dampaknya, Merpati tak bisa mengisi bahan bakar.
Selain itu, Sudiyarto mendasarkan pada hak-hak mereka hingga November 2013 yang belum dibayarkan. Hak normatif karyawan itu berupa uang makan, uang transportasi dan upah lembur. Bahkan, mereka belum mengetahui apakah Desember ini akan menerima gaji atau tidak. Sudiyarto pun menyampaikan hak normatif itu kepada Asep. Namun Asep, kata dia, berjanji membayarkan pada 15 Januari 2014.
Forum ini juga menuding Direktur Produksi Merpati Kapten Haryo tak masuk kerja selama dua bulan. Sudiyarto mengatakan telepon selular Soerjo tidak aktif setiap kali dihubungi. Soerjo membawahi Direktorat Teknik, Direktorat Operasi dan Direktorat Niaga yang dia sebut sebagai jantung perusahaan.
Mengenai tudingan ini, Merpati maupun Kementerian BUMN belum dikonfirmasi.
