Menjelang Rapat The Fed, Rupiah Kian Tertekan  

Reporter

Selasa, 17 Desember 2013 11:02 WIB

Seorang petugas menunjukkan lembaran uang dollar Amerika di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (13/12) Nilai tukar rupiah hari ini kembali melemah 350 poin. TEMPO/Wahyu Setiawan

TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari PT Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan nilai tukar rupiah semakin melemah menjelang pertemuan petinggi bank sentral Amerika Serikat (Federal Open Market Committee/FOMC). Lantaran spekulasi pengurangan stimulus moneter (tapering) menguat, investor mencari mata uang yang dinilai aman. "Seperti dolar Amerika atau yen Jepang," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 17 Desember 2013.

Sehari sebelumnya, Senin, 16 Desember 2013, rupiah hanya naik tipis 1 poin atau 0,01 persen ke level 12.105 per dolar. Suasana ketidakpastian di pasar global menjelang pertemuan FOMC pada 17-18 Desember 2013 membuat pergerakan rupiah tertekan.

Menurut Reza, laju rupiah sesuai target support berada di 12.105. Dia mengatakan, efek dari penguatan dolar dan yen menyebabkan harga saham emiten-emiten eksportir dan kinerja bursa saham Asia melemah.

Sedangkan analis dari PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, mengatakan spekulasi yang berkembang di pasar semakin meyakini bahwa keputusan tapering akan diumumkan dalam waktu dekat. Sinyal pemangkasan stimulus sebesar US$ 85 miliar per bulan semakin kuat, seiring membaiknya data pertumbuhan tenaga kerja dan penjualan retail pada Desember.

Pernyataan beberapa petinggi The Fed yang prostimulus semakin menguatkan dugaan pemotongan stimulus akan dilakukan akhir bulan ini. Meskipun demikian, pernyataan Gubernur The Fed, Benjamin Bernanke, yang selalu netral soal tapering masih menyimpan teka-teki dalam kepala investor. Ibarat peluang, tapering masih 50:50. “Suasana ini menimbulkan ketidakpastian di kalangan pelaku pasar, sehingga mereka cenderung menyimpan pundi-pundi dolarnya,” kata Zulfirman.

Dari dalam negeri, belum ada sentimen positif yang mampu melepaskan rupiah dari tekanan dolar. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pekan lalu, yang tidak menaikkan BI Rate, membuat pasar semakin pesimistis terhadap nasib rupiah sebagai mata uang yang terdepresiasi paling dalam tahun ini.

Zulfirman memperkirakan rupiah masih akan bergerak di kisaran 11.900-12.220 dengan kecenderungan melemah. Bila tapering jadi dilakukan, ada kemungkinan rupiah melemah ke level 12.500 (moderat). Tapi, bila stimulus yang dipotong jumlahnya di atas US$ 10 miliar, rupiah bisa mencapai level 13.000 per dolar AS.

MAYA NAWANGWULAN | M. AZHAR

Terpopuler:
Ketua Majelis Disiplin Dokter: dr Ayu Tak Berizin
Heboh, Copywriter Mita Diran Tewas Usai Kerja 30 Jam
Mita Diran Tewas, Banyak Pekerja 'Dibunuh' Lembur
Lima Penyebab Konvensi Demokrat Lesu Darah
Keluarga Bantah Jonas-Asmirandah Menikah Lagi
Copywriter Mita Diran Tewas Akibat Doping Kafein?

Berita terkait

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

16 jam lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

5 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

6 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

8 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

9 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

9 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

10 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya