TEMPO.CO, Jakarta - Meski hubungan antara Indonesia dan Australia sedang memanas, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan bentuk kerja sama berupa impor sapi dari Negeri Kanguru itu belum dihentikan. Namun, dia berencana untuk mengkaji ulang kerja sama perdagangan dengan Australia.
Gita mengatakan, sapi impor Australia masih diperlukan untuk kepentingan ekonomi. "Sekarang masih jalan. Kita harus menjaga keseimbangan untuk kepentingan menjaga stabilitas harga," ujarnya saat ditemui di Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis, 21 November 2013.
Dia membantah kapal yang mengangkut sapi dari Australia sulit memasuki wilayah perairan Indonesia. Menurut Gita, terbatasnya jumlah kapal pengangkut sapi Australia yang menuju ke Indonesia disebabkan oleh kesibukan kapal-kapal tersebut dalam mengantar sapi ke tempat lain.
"Lebih karena enggak ada kapal. Kapal yang ada lagi sibuk nganterin sapi dari Australia ke tempat lain," kata Gita. "Bukan karena dipersulit oleh siapa pun."
Saat ini Australia tercatat sebagai pemasok sapi terbesar ke Tanah Air. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Australia memasok hampir 29 ribu ton sapi senilai US$ 114 juta.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, penghentian impor sapi tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Sebab, pasokan dari negara lain belum tentu terbebas dari penyakit kaki dan mulut. Di sisi lain, kata dia, Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan sapi di dalam negeri.
ALI HIDAYAT
Berita terkait
Kementerian Perdagangan Sebut Waralaba Makanan dan Minuman Terbesar, Capai 47 Persen
4 jam lalu
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim menyebut bisnis waralaba di sektor makanan dan minuman menjadi yang terbesar
Baca SelengkapnyaBarang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?
7 hari lalu
Kementerian Perdagangan menghapus pembatasan jumlah maupun jenis pengiriman atau barang impor milik pekerja migran (PMI) tapi tetap diawasi Bea Cukai
Baca SelengkapnyaHarga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif
8 hari lalu
Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.
Baca SelengkapnyaKemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor
8 hari lalu
Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.
Baca SelengkapnyaTerkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara
13 hari lalu
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.
Baca SelengkapnyaPameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar
13 hari lalu
Kementerian Perdagangan menggelar pameran dekorasi rumah Indonesia di Taiwan, total transaksi yang diperoleh Rp 4,73 miliar.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah
13 hari lalu
Menteri Perdagangan melantik pejabat eselon I dan II. Dia berpesan agar siap menghadapi keadaan geopolitik Timur Tengah saat ini.
Baca SelengkapnyaKini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin
15 hari lalu
Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.
Baca SelengkapnyaKementerian Perdagangan Sebut Utang Rafaksi Minyak Goreng Segera Dibayar
16 hari lalu
Kementerian Perdagangan mengatakan bahwa utang rafaksi minyak goreng akan segera dibayarkan.
Baca SelengkapnyaKemendag Gelar Festival Hari Konsumen Nasional
20 hari lalu
Kementerian Perdagangan atau Kemendag menggelar festival untuk memperingati Hari Konsumen Nasional (Harkonas).
Baca Selengkapnya