DPR Akhirnya Setuju Pengambilalihan Inalum  

Kamis, 31 Oktober 2013 11:55 WIB

Menko Perekonomian Hatta Radjasa (kiri atas) saat memimpin rakor tentang PT Indonesia Asahan Alumunium Indonesia (Inalum) yang dihadiri juga antara lain oleh Menkeu Agus Martowardojo (kanan), Menteri PU Djoko Kirmanto (kiri) di gedung Kementrian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (3/8). ANTARA/Fanny Octavianus

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya menyepakati pengambilalihan saham PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) oleh pemerintah. Persetujuan ini diperlukan untuk penggunaan uang sebesar Rp 2 triliun yang telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P 2012) dan anggaran sebesar Rp 5 triliun dalam APBN-P 2013 untuk mengambil alih kepemilikan Nippon Asahan Aluminium sebesar 58,8 persen.

"Komisi sepakat pemerintah bisa mengambil alih Inalum," kata Ketua Komisi Keuangan, Olly Dondokambey dalam Rapat Kerja dengan Kementerian Keuangan dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Senayan, Rabu, 30 Oktober 2013.

Kendati demikian, jumlah pasti nilai buku pengambilalihan Inalum belum diketahui. Sebab, nilai buku yang dihitung oleh BPKP sebesar US$ 558 juta baru merupakan proyeksi aset dan kinerja Inalum dalam tahun fiskal 2013. "Nilai buku yang akan digunakan untuk mengambil alih PT Inalum nanti didasarkan pada hasil audit BPKP yang akan berakhir pada 31 Oktober 2013," kata Olly.

Dalam rapat kerja yang berlangsung selama kurang lebih empat jam tersebut, Kepala BPKP Mardiasmo menjelaskan, kenaikan nilai pengambilalihan Inalum dari US$ 424 juta menjadi US$ 558 juta yang selama ini dipertanyakan oleh Komisi adalah proyeksi. "Selisih tersebut merupakan angka perhitungan kami untuk aset dan kinerja Inalum pada tahun fiskal 2013, yakni mulai 1 April 2013 sampai 31 Oktober 2013," ujarnya.

Mardiasmo mengatakan, nilai buku pengambilalihan Inalum nantinya akan menggunakan hasil audit BPKP yang saat ini sedang dilakukan dan berakhir pada 31 Oktober. "Jadi nilai sebesar US$ 558 juta itu masih perkiraan, hasilnya sebenarnya berapa itu belum tahu nanti dari auditor tapi saya rasa tidak jauh-jauh dari angka itu," ujarnya.

Anggota Komisi Keuangan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Maruarar Sirait mempertanyakan selisih yang belum ditetapkan tersebut. Sebab, jika belum ada kesepakatan dengan pihak NAA, investor asal Jepang tersebut bisa mengajukan pengadilan arbitrase internasional. "Kalau masuk arbitrase, lalu Indonesia mengikuti Jepang, kita punya potensi kerugian negara karena angkanya bisa di atas US$ 558 juta," ujarnya.

Menteri Keuangan Chatib Basri menolak menanggapi komentar PDIP itu. "Saya tidak bisa mengomentari soal negosiasi dengan Jepang. Yang saya bisa sampaikan, DPR sudah menyepakati pengambilalihan Inalum oleh pemerintah," ujarnya usai rapat.

AYU PRIMA SANDI

Topik Terhangat:
Suap Bea Cukai | Buruh Mogok Nasional | Suap Akil Mochtar | Misteri Bunda Putri | Dinasti Banten

Berita Terpopuler:
Detik-detik Menegangkan Penangkapan Heru
Soal Lurah Susan, Menteri Gamawan Pasrah
Kekayaan Prabowo Lebih dari Rp 1,6 Triliun
Tolak Ahok, PPP Dinilai Mirip Anak Kecil
Polisi Penangkap Heru Teman Sekelas di SMA

Berita terkait

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

16 jam lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

16 jam lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

17 jam lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

1 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

2 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

3 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

3 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

3 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

4 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

5 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya