TEMPO.CO, Jakarta - Hon Hai Precission Ltd, atau lebih dikenal dengan nama Foxconn, terus dirundung isu pelanggaran hak tenaga kerja. Setelah dituduh menyebabkan depresi dan bunuh diri massal karyawannya, perusahaan elektronik asal Taiwan ini dikabarkan menerapkan praktek kerja paksa pada siswa sekolah yang menjalani program magang.
Kabar yang dilansir situs Quartz menyebutkan Foxconn memaksa 1.000 siswa Xi’an Institute of Technology (XIT) untuk bekerja lembur. Padahal, para siswa tersebut tengah menjalani program magang. Siswa-siswa jurusan teknik ini ditempatkan pada lini produksi konsol game Playstation 4.
Selain oleh Foxconn, para siswa itu pun ditekan oleh pihak sekolah. Pengelola XIT mengancam tidak akan meluluskan para siswa yang menolak ikut program ini. Pihak sekolah mengancam tidak akan memberikan poin kredit pada enam mata pelajaran bagi siswa yang membangkang.
Tuduhan serupa bukan pertama kali menerpa Foxconn. Pada perusahaan itu dikabarkan mempekerjakan anak-anak magang secara berlebihan. Mereka dibebani target untuk menyelesaikan pesanan iPhone 5 dari Apple yang saat itu tengah laris. Masalah buruh yang lebih gawat terjadi pada 2011-2012, saat ratusan buruhnya terserang depresi dan bunuh diri massal.
Saat dikonfirmasi, manajemen Foxconn membantah telah menerapkan kerja paksa pada siswa magang. Foxconn juga berencana melakukan investigasi atas tuduhan ini, dan penyelidikannya diarahkan pada pengelola XIT. Mempekerjakan buruh melebihi jam kerja, kata Foxconn, adalah pelanggaran. “Kami meminta pihak sekolah agar melakukan kebijakan yang sesuai dengan standar kami," demikian pernyataan Foxconn.