Dahlan berharap, jika seluruh PTPN mampu menggenjot hasil produksi dan mendorong penjualan ke pasar luar negeri, devisa yang didapatkan dapat disimpan di dalam negeri. “Ini bisa membantu menstabilkan nilai rupiah,” ujarnya. Selain itu, pada kondisi nilai tukar dolar yang lebih perkasa, penjualan hasil produksi ke luar negeri juga akan mendatangkan keuntungan lebih besar.
Kendati demikian, Dahlan menyatakan dorongan ekspor ini lebih diutamakan kepada perusahaan perkebunan negara yang kapasitas produksinya lebih tinggi. Dia memberi contoh dua PTPN yang memiliki perkebunan kelapa sawit. “PTPN III kapasitas produksinya lebih besar, jadi didorong untuk menjual hasil produksinya, seperti minyak sawit mentah ke pasar luar negeri.” Sedangkan PTPN II yang kapasitas produksi CPO-nya lebih rendah memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Dahlan mengungkapkan, pada pekan ini PTPN III telah mempersiapkan diri untuk mulai mengekspor hasil produksinya. Menurut dia, kendala yang dihadapi PTPN untuk menjual hasil produksi mereka ke pasar luar negeri adalah harga komoditas yang rendah. “Ada kalanya mereka lebih senang menjual di dalam negeri karena harga jual ke luar negeri terlalu murah,” tuturnya.
Walaupun harga jual komoditas ekspor masih rendah, Dahlan berharap tingginya kapasitas produksi PTPN III akan mampu mendatangkan devisa cukup besar. “Kita tetap minta untuk ekspor karena produksi mereka banyak,” katanya. “Ekspor ini bagus untuk memperkuat perekonomian negara.”