Kenaikan Harga Minyak Dunia Tekan 1 Persen Pertumbuhan Ekonomi Asia

Reporter

Editor

Selasa, 9 November 2004 15:52 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kenaikan harga minyak dunia akan memberi tekanan pada pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik sebesar antara 0,5 persen sampai satu persen pada 2005. Peningkatan harga minyak di pasar dunia itu akan membuat terjadinya peningkatan pengeluaran global.Kepala Ekonomi Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik Homi Kharas memaparkan hal itu dalam laporan East Asia and Pacific Update, melalui konferensi jarak jauh yang diadakan kantor Bank Dunia di Jakarta.Menurut Kharas dalam laporannya, negara-negara seperti Filipina, Thailand, dan Korea akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi paling tinggi. Beberapa negara tersebut merupakan negara-negara net importir minyak (nilai atau volume impor lebih besar dari ekspor minyaknya) dengan kapasitas besar.”Meningkatnya harga minyak itu menyebabkan nilai impor kawasan Asia Timur dan Pasifik tahun ini diperkirakan meningkat hingga US$ 25 miliar,” katanya. Selain menurunkan penghasilan negara-negara di kawasan ini, kenaikan harga minyak juga akan mempengaruhi penghasilan negara-negara tujuan ekspor utama dari kawasan Asia Timur dan Pasifik seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.Selain itu, menurut laporan Bank Dunia, setiap kenaikan harga minyak sebesar 10 persen akan meningkatkan 0,6 persen consumer price indeks (CPI) atau Indeks Harga Konsumsi. Ini, kata Bank Dunia, menandakan terjadinya peningkatan pengeluaran masyarakat.Bank Dunia juga menyebutkan, beberapa penyebab meningkatnya harga minyak antara lain karena melonjaknya permintaan terhadap minyak. Permintaan terhadap minyak pada kuartal pertama tahun 2004 misalnya, mencapai 81,8 juta barel per hari atau meningkat 3,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di samping itu, negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC maupun non-OPEC, memiliki keterbatasan produksi minyak. Produksi OPEC saat ini 1,5 juta juta barel per hari, menurun drastis dibandingkan produksi tahun lalu yang mencapai 6-7 juta barel per hari. “Salah satu penyebab kurangnya produksi itu karena berkurangnya investasi dalam pengembangan minyak,” kata Kharas dalam laporannya. Di sisi lain, terjadi beberapa gejolak politik negara penghasil minyak seperti Nigeria. Namun, untuk dua tahun mendatang, Bank Dunia memperkirakan harga minyak akan turun dengan rata-rata harga minyak US$ 30.Selain akibat kenaikan harga minyak, berbagai persoalan ketidakpastian dan situasi yang tidak mendukung bagi pertumbuhan kawasan ini adalah lambannya pertumbuhan berbagai negara kaya, lambatnya perkembangan industri teknologi tinggi, serta siklus perdagangan komoditas. Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat maupun ledakan investasi Cina yang belum stabil, juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.Yuliawati - Tempo

Berita terkait

5 Negara dengan Tingkat Urbanisasi Paling Tinggi di Asia, Indonesia Termasuk?

12 jam lalu

5 Negara dengan Tingkat Urbanisasi Paling Tinggi di Asia, Indonesia Termasuk?

Urbanisasi menjadi penentu zaman ketika lebih dari separuh populasi dunia kini tinggal di perkotaan.

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

11 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

17 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

PBB-Bank Dunia: Kerusakan Infrastruktur Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 294 T

36 hari lalu

PBB-Bank Dunia: Kerusakan Infrastruktur Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 294 T

Penilaian awal ini kemungkinan besar merupakan perkiraan yang terlalu rendah terhadap kerusakan, kerugian, dan kebutuhan nyata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Ukraina Bakal Bangkrut Jika Negara-negara Barat Tak Hapus Utang

38 hari lalu

Ukraina Bakal Bangkrut Jika Negara-negara Barat Tak Hapus Utang

Sumber di Bank Dunia memperingatkan Ukraina bisa terperosok dalam utang jika negara-negara Barat tak hapus atau restrukturisasi utang

Baca Selengkapnya

1 April Hari Bank Dunia: Begini Sejarah dan Tugasnya, Sri Mulyani Pernah Jadi Direktur World Bank

38 hari lalu

1 April Hari Bank Dunia: Begini Sejarah dan Tugasnya, Sri Mulyani Pernah Jadi Direktur World Bank

Hari Bank Dunia atau World Bank Day diperingati setiap 1 April. Hal ini karena pada tanggal tersebut, organisasi bank dunia atau World Bank didirikan

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

45 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

Makan Siang Gratis Prabowo Dibahas oleh Pemerintah Jokowi, TPN Ganjar-Mahfud: Anomali

3 Maret 2024

Makan Siang Gratis Prabowo Dibahas oleh Pemerintah Jokowi, TPN Ganjar-Mahfud: Anomali

Deputi Inklusi TPN Ganjar-Mahfud mengkritik program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo-Gibran yang dibahas pemerintah Jokowi saat ini.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Komentar Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis, BRI Bagi Dividen Rp 48 T

3 Maret 2024

Terpopuler Bisnis: Komentar Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis, BRI Bagi Dividen Rp 48 T

Bank Dunia mengomentari program usungan Prabowo Subianto, yaitu makan siang gratis. Bank BRI akan membagikan dividen Rp 48 T.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran?

2 Maret 2024

Apa Kata Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran?

Bank Dunia menilai program andalan pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran tersebut bisa memberikan dampak pada ekonomi.

Baca Selengkapnya