SBY: RI Perlu Diversifikasi Sumber Pertumbuhan
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 16 Agustus 2013 16:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia perlu melakukan diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi di tengah situasi global yang terjadi saat ini. Menurut dia, Indonesia tak bisa lagi hanya mengandalkan sumber daya alam dan buruh tak terampil.
"Sejarah menunjukkan bahwa ada sejumlah negara yang masuk ke dalam pendapatan menengah, tetapi gagal menjadi negara industri, karena terus bergantung kepada sumber daya alam atau buruh tak terampil," kata SBY dalam pidato keterangan pemerintah atas RUU APBN 2014 di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2013.
SBY juga mengatakan Indonesia tidak boleh terperangkap dalam jebakan pendapatan menengah (middle income trap). Maka, perlu ada langkah antisipatif untuk mendorong inovasi serta pengembangan teknologi dan kualitas sumber daya manusia.
"Pemerintah memulai langkah itu dengan kebijakan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor untuk buku nonfiksi bagi kemajuan pendidikan dalam negeri. Disamping itu, pemerintah juga memberikan insentif pajak untuk memajukan kegiatan penelitian dan pengembangan," tuturnya.
Pada tahun 2014, kata Yudhoyono, muncul ketidakpastian dalam kondisi ekonomi global, seperti rencana Bank Sentral Amerika Serikat untuk mengurangi ekspansi moneternya, atau tappering off quantitative easing policy. "Akibatnya, terjadi gejolak nilai tukar dan pasar keuangan di emerging markets, termasuk Indonesia.”
Namun, Indonesia bukan satu-satunya negara yang terkena dampak. Bahkan, pelemahan terhadap mata uang rupiah relatif lebih ringan, dibanding pelemahan mata uang negara-negara seperti India, Australia, Malaysia, Filipina, Korea dan Jepang dalam periode Januari sampai akhir Juli 2013. Selain gejolak di pasar keuangan global, Indonesia juga dihadapkan pada risiko gejolak harga minyak dunia dan komoditas.
Dengan perkembangan yang kurang menggembirakan ini, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 4 persen menjadi 3.8 persen di tahun 2014. “Meskipun demikian, ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan tahun 2013 sebesar 3,1 persen," kata SBY.
ANGGA SUKMA WIJAYA
Terpopuler
- Hal Paling Ganjil Sebelum Sisca Yofie Tewas
- Ini Laporan Kekayaan Rudi Rubiandini
- Penyebab Kasus Rudi Rubiandini Versi Jusuf Kalla
- Tersangka Pembunuh Sisca Diperiksa Dengan Lie Detector
- Perempuan dalam Pandangan Quraish Shihab
- SBY Pidato Kenegaraan dan RAPBN 2014