BI Rate Dipertahankan 6,5 Persen

Reporter

Jumat, 16 Agustus 2013 07:43 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI Rate) di level 6,5 persen. BI meyakini stabilitas moneter dan sistem keuangan bisa dicapai melalui bauran kebijakan moneter dan macro-prudential.

“Pengendalian inflasi, pengelolaan neraca pembayaran yang lebih sustainable, dan penguatan stabilitas sistem keuangan, dilakukan melalui optimalisasi sejumlah instrumen kebijakan moneter dan macro-prudential,” kata juru bicara BI, Peter Jacobs, Kamis 15 Agustus 2013.

Secara umum, bank sentral akan menjalankan empat kebijakan. Pertama, Bank Sentral akan menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI), yang bisa dimanfaatkan oleh perbankan domestik. Instrumen ini dimaksudkan untuk mengelola likuiditas rupiah.

Kedua, BI akan menyempurnakan ketentuan Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio (GWM/LDR) untuk meningkatkan kehati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit dan penghimpunan dana. BI juga akan menyempurnakan kebijakan GWM Sekunder.

BI juga akan melakukan langkah-langkah pengawasan bank untuk mengerem pertumbuhan kredit yang dinilai cukup tinggi untuk sektor tertentu, termasuk untuk sektor yang mempunyai kandungan impor tinggi.

Kebijakan ketiga, stabilisasi nilai tukar jangka panjang karena secara rata-rata, nilai tukar rupiah selama Juli 2013 terdepresiasi 1,95 persen secara month on month (mom). Sejauh ini, BI menilai depresiasi terjadi sesuai dengan fundamentalnya.

Kebijakan keempat, BI akan menyempurnakan sejumlah ketentuan untuk pengembangan pasar valas domestik sekaligus meningkatkan pasokan valas secara efektif, termasuk ketentuan pembelian valas terhadap dolar untuk bank, pinjaman derivatif, dan pinjaman luar negeri jangka pendek perbankan.

Bauran kebijakan tersebut diyakini memadai untuk mengarahkan inflasi 2014 sesuai dengan sasarannya, yakni 3,5-5,5 persen. BI juga meyakini bauran kebijakan itu bisa mendukung ekonomi domestik bergerak ke arah yang lebih sehat.

Analis dari Trust Securities, Reza Priyambada, menyambut pengumuman itu. “Itu berita gembira untuk sektor perbankan karena mereka tidak akan kembali menyesuaikan tingkat suku bunga kreditnya,” ujarnya.

Adapun tingginya inflasi saat ini lebih disebabkan karena persoalan riil di lapangan karena jumlah pasokan bahan pangan tidak mampu mengimbangi tingginya permintaan. Inflasi Juli yang melonjak menjadi 3,29 persen, menurut Reza, juga akibat terlambatnya respons pemerintah telat mengantisipasi tingginya kebutuhan pangan menjelang Ramadan dan Lebaran.

MARTHA THERTINA | PINGIT ARIA | ISMI DAMAYANTI


Terpopuler
Dahlan Pecat Rudi dari Jajaran Komisaris Mandiri

Direktur Utama PT Pindad Segera Diganti

Jika Terbukti, SKK Migas Akan Blacklist Kernel Oil

Menteri PU Resmikan Underpass Simpang Dewaruci

KPK Sita 200 Ribu Dollar di Kementerian Energi

BKPM Sulit Beri Sanksi Kernel Oil Indonesia




Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

16 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

18 jam lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

4 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

6 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya