Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan peti kemas Pelabuhan Tanjung Priok terlihat dari ketinggian, Jakarta, Kamis (21/2). TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) meminta pemerintah memisahkan pelabuhan ekspor dan impor di Jakarta untuk mengatasi permasalahan dwelling time (waktu bongkar muat). "Pilihan yang feasible yaitu pelabuhan ekspor di Marunda dan pelabuhan impor di Tanjung Priok," kata Ketua Umum ALI, Zaldy Ilham Masita, saat dihubungi Tempo, Selasa, 23 Juli 2013.
Opsi lain untuk mengatasi kendala dwelling time yang selama ini terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok adalah pengoperasian Pelabuhan Cilamaya. Pembangunan dan pengoperasian pelabuhan tersebut dapat menekan biaya logistik karena lokasi yang dekat dengan pabrik-pabrik produsen barang ekspor di Cibitung dan Cikarang. Ia pun memprediksi Terminal Kalibaru dapat meningkatkan kapasitas lalu lintas truk pengangkut barang.
Zaldy mengungkapkan, saat ini Pelabuhan Tanjung Priok hanya dapat menampung delapan juta truk per tahun. Dengan adanya Terminal Kalibaru, kapasitas lalu lintas truk dapat ditambah menjadi 16 juta truk per tahun. Namun, Zaldy mengatakan, Terminal Kalibaru dijadwalkan baru beroperasi mulai 2017. "Selama empat tahun, akan ada terus masalah dwelling time," ucapnya.
Ia menyarankan pemerintah memisahkan pelabuhan ekspor dan impor. Dia berpendapat, jika pemerintah serius, pemisahan dapat dilakukan dalam satu tahun dengan menyediakan kereta api (KA) cepat untuk barang yang dapat menghubungkan Marunda dengan Tanjung Priok.
Zaldy mengstatakan, pihaknya telah membicarakan kemungkinan tersebut bersama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), serta Kementerian Keuangan. Namun, kata Zaldy, pemerintah baru akan memikirkan opsi pemisahan pelabuhan itu setelah Lebaran mendatang. Dia menilai saat ini pemerintah masih disibukkan dengan krisis dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok.
Ketua Apindo, Sofyan Wanandi, juga mengusulkan dilakukannya pemisahan pelabuhan ekspor dan impor. Menurut dia, langkah ini akan menjadi solusi atas krisis dwelling time yang merugikan. "Pemisahan pelabuhan membuat layanan ekspor-impor mudah dan praktis," kata dia di kantor Menteri Perindustrian kemarin.