TEMPO.CO, Jakarta - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan masyarakat Indonesia yang jumlahnya hampir mencapai 250 juta, 95 persen di antaranya mendapatkan informasi dari televisi. Kedua, masyarakat dapat informasi dari internet (30 persen), kemudian berturut-turut radio (23 persen) dan cetak (12 persen). Penjelasan dia pada sambutan acara Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia itu dia sambung dengan kalimat, "IJTI membawa pembangunan Indonesia," kata dia, Rabu, 26 Juni 2013.
Pada seminar yang diselenggarakan di Hotel Aryaduta, Jakarta, itu, Hary Tanoe mendapat giliran berbicara setelah mantan Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan.
Selain bercerita soal pengalaman bisnisnya, Hary banyak mengungkit soal permasalahan yang dialami bangsa. "93 persen penduduk kita pendidikannya SMA ke bawah," kata dia. Pendidikan, menurut Hary hanya salah satu permasalahan yang mendera Indonesia.
Hary juga menyampaikan kalau Indonesia, dengan populasi yang sangat besar, berpotensi menjadi negara maju seperti Amerika Serikat. "Australia dan Kanada negara yang wilayahnya besar, tapi dua negara itu tak maju karena populasinya kecil. Populasi adalah penggerak ekonomi," ujar dia.
"Semoga Indonesia bisa masuk sebagai negara penggerak tulang punggung ekonomi global pada 20 tahun ke depan. Saat ini diprediksi negara penggerak itu adalah Brasil, Rusia, India, Cina," ujar Hary.
Kegaduhan terjadi dalam dunia penyiaran Indonesia. Pemimpin Komisi I (bidang penyiaran) Dewan Perwakilan Rakyat dan Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) menuduh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah bertindak melampaui wewenangnya, melanggar Undang-Undang Penyiaran, dan mengancam keberadaan stasiun televisi swasta.