Batu Alam Pacitan Tembus Eropa dan Timur Tengah
Jumat, 3 Mei 2013 13:36 WIB
TEMPO.CO, Pacitan - Produk kerajinan pengolahan batu alam dan batu mulia di Pacitan, Jawa Timur, tak hanya diminati pasar dalam negeri. Para perajin juga kerap kali melayani pesanan dari luar negeri seperti Eropa dan Timur Tengah.
Salah satu perajin, Suparjianto, mengatakan sejak 2004 lalu sudah rutin bertransaksi dengan pembeli dari Kanada. Bahan baku batu alam dan batu mulia berasal dari buyer dan diolah di Pacitan. "Bahan batunya dari sana dan disini dibentuk sesuai pesanan berupa barang yang masih setengah jadi atau belum berbentuk cindera mata atau perhiasan,' ucap pemilik kerajinan 'Gita Batu Alam' di kawasan wisata Goa Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung, Pacitan ini kepada Tempo, Jumat 3 Mei 2013.
Order dari Kanada ini dalam setahun bisa sampai empat kali atau tiga bulan sekali dengan omzet Rp 400-500 juta setahun. Buyer asal Kanada itu menurutnya adalah keluarga yang memiliki sekitar 600 outlet atau toko di luar negeri. "Jadi minimal pesannya 600 biji, bahkan pernah sampai 70 ribu biji yang dikerjakan bertahap selama satu tahun," ujar pria yang pernah belajar tentang batu perhiasan di Asian Institute of Gemological Sciences (AIGS) Bangkok, Thailand ini.
Selain berhubungan langsung dengan buyer luar negeri, produknya juga diekspor ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jerman, melalui agen di Bali. Jenis barang yang diminati pasar luar negeri kebanyakan untuk kebutuhan hotel seperti tempat gelas, tempat piring, sumpit, interior, dan sebagainya.
Sedangkan total omzet penjualan produk yang dipasarkan di dalam dan luar negeri mencapai Rp40-75 juta per bulan. Harga masing-masing produk ditentukan jenis batu, tekstur atau motif, warna, dan ukuran. "Mulai dari Rp2.500 per biji sampai Rp1,5-10 juta," katanya. Yang paling murah adalah batu alam untuk hiasan bros dan cincin akik sedangkan yang mahal adalah batu gambar atau batu setengah jadi yang didalamnya muncul motif-motif tertentu.
Perajin lain, Suparno, mengatakan produk tasbih yang dibuatnya dari batu alam juga diekspor oleh agen di Yogyakarta. "Biasanya diekspor ke Timur Tengah," kata perajin asal Desa Sukodono, Kecamatan Donorojo ini.
Selain tasbih, produk kerajinan lainnya adalah gesper ikat pinggang, batu akik, hiasan batu alam polesan, hingga hiasan dari fosil kayu. Harganya bervariasi mulai dibawah Rp10 ribu, Rp300 ribu-Rp3 juta, hingga Rp6-8 juta. "Harga hiasan batu alam itu tergantung nilai seninya baik dari motif, warna, dan bentuknya,' tuturnya. Produknya dipasarkan melalui galeri dan penjual di sejumlah kota seperti Surabaya, Yogyakarta, Solo, dan Malang.
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Pacitan Hery Purwanto mengatakan berbagai program dilakukan untuk menggairahkan kerajinan batu alam dan batu mulia. "Kami membantu melalui pelatihan, bantuan modal, peralatan, dan promosi melalui pameran skala lokal dan nasional," katanya.
Pada tahun 2011, Diskopindag Pacitan mencatat ada 96 usaha kerajinan batu alam dan batu mulia dengan jumlah pekerja mencapai 256 orang. Tempat usaha tersebar diantaranya di Desa Sukodono dan Desa Gendaran, Kecamatan Donorojo, dan Desa Wareng, Kecamatan Punung. Untuk usaha skala kecil dan menengah, omzetnya masih dibawah Rp1-10 juta per bulan sedangkan yang berskala besar bisa lebih dari Rp10 juta per bulan.
ISHOMUDDIN
Topik terhangat:
Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg | Ujian Nasional
Berita Lainnya:
Yusril: Menyerah, Tak Berarti Susno Mengakui
Pesan Susno ke Yusril: Saya Minta Dieksekusi
Susno Duadji Masuk Sel Cibinong Tengah Malam
Pengacara Susno Duadji: Itu Kabar Burung
Moge Ringsek Uje Bakal Dilelang
Uang Lelang Moge Uje untuk Bangun Masjid
Densus 88 Tangkap Tiga Terduga Teroris