Bakrie Pipe Garap Proyek Pipa Gas Arun-Belawan
Editor
Setiawan Adiwijaya
Minggu, 21 April 2013 14:43 WIB
TEMPO.CO, Houston — PT Pertamina Gas telah menunjuk PT Bakrie Pipe Industries menggarap proyek jaringan pipa gas dari Lhok Sukon dan terminal Arun menuju terminal penampung dan regasifikasi (FSRU) Belawan. Direktur Utama PT Pertamina Gas, Gunung Sardjono Hadi, mengatakan, penunjukan kontraktor yang akan membangun proyek itu telah diputuskan pekan lalu.
Menurut dia, Bakrie Pipe menyisihkan sejumlah pesaing lain yang berminat membangun jaringan pipa seluas 370 kilometer ini. “Bakrie Pipe akan segera memulai kegiatan konstruksi,” kata Gunung kepada Tempo di sela-sela pelaksanaan 17th International Conference & Exhibition on Liquefied Natural Gas (LNG 17), Kamis lalu waktu Houston, Amerika Serikat.
Dia optimistis pembangunan pipa tersebut dapat terealisasi dalam waktu dekat. Sebab, Pertamina sudah mendapatkan izin yang dibutuhkan dari pemerintah daerah setempat, yaitu Pemerintah Daerah Aceh dan Pemerintah Daerah Sumatera Utara.
Pemerintah berencana agar pasokan gas dari hasil regasifikasi LNG Arun akan disalurkan ke Belawan. Penyaluran dilakukan melalui pipa yang dibangun PT Pertamina dari Arun ke Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Sedangkan distribusi gas dari Pangkalan Bandan ke Belawan akan menggunakan jaringan pipa yang sudah ada.
Untuk pembangunan pipa Arun-Belawan, Pertamina Gas telah mengalokasikan dana investasi sebesar US$ 500 juta. Dana investasi tersebut jauh lebih tinggi dari rencana Pertamina Gas sebelumnya. Awalnya, Pertamina Gas memperkirakan pembangunan pipa Arun akan menelan dana investasi US$ 350-400 juta. “Dana investasi meningkat karena ada perubahan panjang pipa,” kata Gunung.
Pertamina Gas akhirnya menambah panjang pipa sekitar 100 kilometer, sehingga total panjang pipa menjadi 370 kilometer. Adapun perinciannya yaitu dari ruas poin B–SLS A sepanjang 75 kilometer dan dari ruas SLS A-Belawan sepanjang 295 kilometer.
Menurut Gunung, sesuai rencana, pembangunan pipa tersebut akan selesai pada akhir 2014. Dalam tahun ini, pihaknya menargetkan konstruksi fisik pipa mencapai 20 persen. “Target kami, jaringan pipa itu sudah beroperasi pada Oktober 2014,” katanya.
Sebelumnya, Vice President Technology Direktorat Gas Pertamina, Daniel Syahputra Purba, mengatakan, setelah menetapkan Final Investment Decision proyek terminal regasifikasi dan hub LNG Arun, PT Pertamina (Persero) mulai melaksanakan tahapan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) untuk percepatan penyediaan infrastruktur penerima LNG di Tanah Air. Pertamina telah menetapkan PT Rekayasa Industri sebagai kontraktor EPC untuk proyek senilai US$ 80 juta tersebut.
Kegiatan EPC telah dimulai sejak Maret dan diperkirakan akan tuntas dalam waktu 19 bulan. “Setelah FID ditetapkan bulan Februari lalu, Rekayasa Industri sebagai kontraktor EPC proyek terminal regasifikasi dan hub LNG Arun telah memulai tahap EPC sejak Maret, dan diperkirakan pada September 2014 pekerjaan EPC akan tuntas,” ujar Daniel.
Menurut dia, setelah pekerjaan EPC tuntas, akan dilakukan start up dan commissioning yang diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. “Sehingga November 2014 fasilitas tersebut diharapkan sudah dapat beroperasi secara komersial.”
Proyek terminal regasifikasi dan hub LNG Arun sangat mendesak untuk dilakukan, mengingat kilang LNG Arun akan stop beroperasi pada 2014 karena pasokan gas dari hulu yang sudah menipis dan tidak ditemukannya prospek baru serta berakhirnya kontrak penjualan LNG Arun pada 2014. Di sisi lain, aset yang dikelola oleh PT Arun NGL sejak 1974 itu terdiri dari enam train kilang LNG berkapasitas 12,5 juta ton per tahun (MTPA), yang dilengkapi dengan lima unit tangki LNG berkapasitas 636 ribu meter kubik, fasilitas ekstraksi LPG berkapasitas 1,4 MTPA berikut empat unit tangki LPG berkapasitas 302 ribu meter kubik, dan fasilitas lainnya yang masih dapat dimanfaatkan.
Adapun kebutuhan gas di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, khususnya Medan, rata-rata akan berada pada level di atas 420,20 MMscfd hingga 2020. Sedangkan kemampuan pasokan gas tanpa adanya penambahan infrastruktur baru maksimal hanya akan mencapai 224 MMscfd. Itu pun hanya akan berlangsung dalam setahun pada 2018 dengan kecenderungan akan terus turun.
“Fakta ini menunjukkan urgensi dari proyek terminal regasifikasi dan hub LNG Arun dan proyek-proyek infrastruktur gas lainnya di kedua daerah tersebut,” tuturnya.
Daniel mengatakan, untuk membawa sebagian gas dari terminal regasifikasi dan hub LNG Arun ke Medan dan sekitarnya, Pertamina melalui anak perusahaan, PT Pertamina Gas, segera menetapkan pemenang kontraktor EPC pada bulan ini. Pipa gas dari Arun ke Medan tersebut ditargetkan rampung pada Oktober 2014 sehingga langsung terintegrasi dengan fasilitas terminal regasifikasi dan hub LNG Arun.
SETRI YASRA (HOUSTON)