Antisipasi Krisis Pangan, Beras Analog Disiapkan  

Selasa, 26 Maret 2013 13:35 WIB

Beras Bulog. ANTARA/Asep Fathulrahman

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah khawatir konsumsi beras yang tinggi oleh masyarakat Indonesia bisa mengancam ketahanan pangan nasional. Kekhawatiran ini muncul dari tingginya konversi lahan dan peningkatan laju pertumbuhan penduduk.

"Untuk antisipasi kekurangan pangan ke depan, kini telah muncul inovasi dan kreativitas dari hasil penelitian untuk membuat beras analog. Inovasi ini harus terus didorong," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Achmad Suryana, dalam Dialog Publik "Beras Analog untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan" di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa, 26 Maret 2013.

Beras analog merupakan beras yang terbuat dari pangan lokal seperti umbi-umbian, jagung, dan singkong. Selama ini masyarakat terbiasa mengkonsumsi beras yang berasal dari tanaman padi. Dengan beras analog ini, Suryana melanjutkan, diharapkan mampu memberi kontribusi dalam mengatasi ketahanan pangan secara berkelanjutan.

Contoh beras analog, misalnya, terbuat dari campuran bahan dasar tepung singkong yang sudah dimodifikasi atau dikenal sebagai Mocaf (Modified Cassaca Flour). Beras analog juga bisa terbuat dari capuran tepung jagung, tepung sorgum, dan tepung sagu.

Achmad Suryana menjelaskan, Indonesia akan menghadapi tantangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang masih bergantung pada beras. "Konversi lahan pertanian cukup tinggi, yakni 70 sampai 100 ribu hektare dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,94 persen per tahun," ujarnya.

Padahal, kata dia, masyarakat membutuhkan pangan yang sehat, bergizi dan seimbang. Sayangnya, dengan ancaman konversi lahan tersebut, konsumsi beras di Indonesia masih tergolong paling tinggi dibandingkan dengan negara lain.

Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia pada 2011 tercatat mencapai 102 kilogram per kapita per tahun. Angka konsumsi beras ini paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi di Korea sebesar 40 kilogram per kapita per tahun, Jepang 50 kilogram per kapita per tahun, Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun, dan Thailand 70 kilogram per kapita per tahun. Bahkan, rata-rata konsumsi beras dunia hanya 60 kilogram per kapita per tahun.

Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Sri Sulihanti, menambahkan pemerintah berupaya menurunkan konsumsi beras minimal sebesar 1,5 persen per kapita per tahun melalui diversifikasi pangan. Menurut dia, tantangan dalam mengubah pola konsumsi pangan dari padi-padian masih menghadapi kendala.

"Tantangan yang masih kami hadapi, di antaranya masih rendahnya tingkat konsumsi pangan sumber protein, vitamin, dan mineral. Sumber energi masih didominasi beras," kata Sri.

Ia menambahkan, diperlukan kerja sama dengan dunia usaha dalam mengembangkan diversifikasi pangan berbasis bahan baku pangan lokal. Pangan lokal yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti beras dan tepung terigu, di antaranya aneka umbi, jagung, dan sagu.

ROSALINA

Berita terkait

Saksi Ungkap Syahrul Yasin Limpo Bayar Lukisan Sujiwo Tejo Seharga Rp 200 Juta Pakai Uang Vendor Kementan

19 jam lalu

Saksi Ungkap Syahrul Yasin Limpo Bayar Lukisan Sujiwo Tejo Seharga Rp 200 Juta Pakai Uang Vendor Kementan

Saksi menyatakan diminta mengirim Rp 200 juta saat itu juga untuk pembayaran lukisan dari budayawan Sujiwo Tejo yang dibeli oleh Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

3 hari lalu

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

Penambahan pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton telah mendapat persetujuan dari presiden.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

4 hari lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

5 hari lalu

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

7 hari lalu

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

Harga bawang merah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

8 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

12 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

13 hari lalu

Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

Inisiatif lokal untuk mitigasi krisis pangan lahir di jalan gang di Kelurahan Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Berbekal dana operasional RT.

Baca Selengkapnya

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

14 hari lalu

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

Sejumlah pejabat Kementerian Pertanian dihadirkan sebagai saksi di sidang lanjutan dugaan pemerasan dan gratifikasi oleh Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

14 hari lalu

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi masih memeriksa dugaan pelanggaran etika oleh dua pimpinan KPK.

Baca Selengkapnya