TEMPO.CO, Jakarta - Untuk mencegah masuknya virus flu burung jenis H7N7, Kementerian Perdagangan telah melarang importasi unggas dari Australia. Kini setelah merebaknya wabah flu burung akibat virus H5N1 jenis baru yang menyerang itik di Jawa, Kementerian Perdagangan juga berancang-ancang melarang importasi unggas dari Cina.
"(Virus) ini berawal dari Cina. Jadi, untuk Cina kita akan lakukan pengawasan insentif," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu, 19 Desember 2012.
Menurut Bayu, saat ini Indonesia tidak mengimpor itik hidup dari Cina. Namun, ada beberapa olahan itik dari Negeri Tirai Bambu itu yang masuk ke Indonesia. Selain dari Cina, produk-produk olahan unggas dari Vietnam, Nepal, dan negara sekawasannya juga diawasi.
Selain memantau ketat arus impor, kata Bayu, Kementerian juga memperketat distribusi unggas dalam perdagangan antarpulau. Badan Karantina diminta melakukan pengawasan lebih ketat, terutama pada arus unggas yang keluar dari Pulau Jawa, tempat berkembangnya virus jenis baru H1N1.
"Provinsi Lampung, Bali, dan Kalimantan Barat banyak konsumsi itik. Kita ingin mengarahkan unggas harus ada karantina yang mengontrol penyebarannya," tutur Bayu.
Di tempat yang sama, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo menyatakan akan lebih konsentrasi kepada Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah.
Sebagai catatan, virus H5N1 pertama kali muncul di Indonesia pada 2005 dan mulai menular ke manusia (zoolosis) hingga memakan korban jiwa pada 2006. "Kita tidak mau itu terulang. Kita harus kontrol," kata Gunaryo.
Temuan Virus Flu Burung di Produk Susu, AS Cek Sapi Perah Hingga Bentuk Tim Tanggap Darurat
6 hari lalu
Temuan Virus Flu Burung di Produk Susu, AS Cek Sapi Perah Hingga Bentuk Tim Tanggap Darurat
Peternakan sapi perah di 9 negara bagian di Amerika Serikat diserang virus Flu Burung. Colorado menjadi negara kesembilan yang mengonfirmasi temuan tersebut.