TEMPO.CO, Surakarta - Industri properti menjadi salah satu lokomotif dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya ekonomi riil. Wakil Ketua Real Estate Indonesia Jawa Tengah, Adib Ajiputro, mengatakan, jika industri properti tumbuh, maka setidaknya ada 75 industri yang terkait dengan properti yang akan ikut berkembang. “Industri properti juga bisa mengatasi soal keterbatasan lapangan pekerjaan,” ujarnya kepada wartawan di Surakarta, Rabu, 12 Desember 2012.
Dia mencontohkan untuk membangun 300 unit rumah setidaknya butuh 1.500 pekerja yang dipekerjakan selama setahun. Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen, Adib memperkirakan, pasar properti di Solo dapat tumbuh antara 15-20 persen. Saat ini Surakarta sudah menjadi salah satu pilihan utama masyarakat untuk berinvestasi di bidang properti.
Menurut dia, banyak aset-aset properti di Surakarta yang dimiliki penduduk luar kota. “Solo sudah menjadi salah satu tujuan utama investasi properti, menggantikan Yogyakarta dan Bali,” ujarnya. Pertumbuhan properti justru tidak berpusat di Surakarta yang lahannya terbatas.
Pasar properti akan tumbuh pesat di daerah penyangga Surakarta, seperti Karanganyar, Sukoharjo dan Boyolali. Akan banyak perumahan baru yang menyasar para kaum pekerja yang selama ini mengadu nasib di Surakarta.
Adib mengatakan kalangan pengusaha properti tidak hanya menggenjot rumah komersial. Rumah sederhana atau rumah subsidi juga dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
Hanya saja selama ini ada sebagian masyarakat yang belum tersentuh program rumah bersubsidi, yaitu para pekerja informal seperti pedagang pasar dan pedagang kaki lima, yang susah mendapat akses kredit kepemilikan rumah subsidi ke perbankan.
Dia mengusulkan perlunya membentuk tabungan perumahan nasional untuk mengakomodasi para pekerja informal agar bisa memiliki rumah secara kredit.
Manajer agen properti Be Star Rachmat Budi mengatakan, selain menjual rumah komersial dan rumah subsidi, dia juga menawarkan jasa mencari kos eksekutif bagi para karyawan. “Ini pasar yang belum digarap,” kata dia.