TEMPO.CO, Jakarta - Analis PT Panin Sekuritas Tbk, Purwoko Sartono, mengapresiasi keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level terendahnya 5,75 persen untuk ketujuh kalinya sepanjang tahun ini. “Alasannya, laju inflasi di bulan September kemarin cukup rendah,” ucapnya, Kamis, 11 Oktober 2012.
Dipertahankannya suku bunga BI Rate oleh bank sentral menjadi indikator bahwa perekonomian Indonesia tidak banyak terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global seiring menurunnya permintaan konsumen akibat krisis utang di kawasan AS dan Eropa.
Di negara-negara lain, bank sentral terpaksa harus memangkas suku bunga dan mengucurkan stimulus moneter guna mendukung perekonomian dan penciptaan lapangan kerja baru. Perlambatan tidak hanya terjadi di Eropa, tetapi juga di Amerika dan Asia. Meski begitu, perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh di atas 6 persen.
Masih terkendalinya inflasi hingga bulan kemarin menjadi salah satu alasan BI tetap mempertahankan suku bunga patokan BI Rate karena dianggap masih sesuai dengan kondisi perekonomian serta masih dalam koridor target inflasi sepanjang tahun ini sekitar 3,5-5,5 persen.
Laju inflasi periode Januari-September mencapai 3,79 persen, sedangkan inflasi tahunan sebesar 4,31 persen. “Ancaman kenaikan harga memasuki bulan puasa dan hari raya Lebaran berhasil dilalui,” ucapnya.
Ekspektasi kenaikan inflasi menjelang hari Natal dan tahun baru mungkin menjadi pertimbangan bank sentral tidak memangkas suku bunga BI Rate.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
1 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.