TEMPO.CO, Jakarta - Kembali mencuatnya kecemasan di Eropa yang memicu pelemahan mata uang tunggal Uni Eropa, euro, membuat dolar Amerika Serikat (AS) kembali diminati para pelaku pasar. Jatuhnya harga saham di bursa serta melemahnya mata uang Asia memberikan tekanan terhadap rupiah.
Di transaksi pasar uang hari ini, Senin, 24 September 2012, nilai tukar rupiah ditutup melemah 9 poin (0,1 persen) ke posisi 9.563 per dolar AS.
Tidak tercapainya kesepakatan antara Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande dalam membahas penyelesaian krisis di Eropa pekan lalu mendorong penguatan dolar AS. Survei indeks manufaktur Cina yang kembali mengalami kontraksi dalam 11 bulan terakhir membuat pasar kembali cemas akan pelambatan ekonomi di Asia sehingga mata uang regional melemah.
Pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures, Apelles R.T. Kawengian, mengatakan, masih adanya kekhawatiran di Eropa serta data-data ekonomi AS yang akan dirilis, yang akan cenderung membaik, menjadi momentum bagi dolar AS untuk berbalik menguat.
Menjelang akhir bulan serta akhir triwulan ketiga tahun ini membuat permintaan dolar AS di pasar domestik dari para pelaku usaha cenderung meningkat guna membiayai impor maupun membayar utang dan bunganya yang jatuh tempo. Dengan demikian, dolar AS kembali menjadi lebih mahal.
“Terdepresiasinya dolar AS pekan lalu justru dimanfaatkan oleh para pelaku pasar untuk membeli dolar Amerika di harga rendah, sehingga rupiah kini sudah kembali berada di atas 9.550 per dolar AS,” dia menuturkan.
Ketegangan antara Cina dan Jepang, demo-demo di kawasan Timur Tengah, serta masih adanya kecemasan di Eropa membuat dolar AS berbalik menguat. “Meskipun bank sentral utama dunia telah menggulirkan kebijakan pelonggaran moneter, dolar AS justru kembali menjadi mata uang safe haven karena masih banyaknya ketidakpastian,” ucapnya.
Melemahnya euro di bawah US$ 1,3 berdampak negatif terhadap mata uang Asia. Dolar Singapura sore ini melemah 0,26 persen, won Korea Selatan terkoreksi 0,19 persen, peso Filipina turun 0,36 persen, ringgit Malaysia jatuh 0,69 persen, serta baht Thailand juga tergelincir 0,36 persen.
VIVA B. KUSNANDAR
Berita Terpopuler:
''Strategi Sopir Taksi'' di Balik Kemenangan Jokowi
Jokowi Janji Bangun Stadion untuk Persija
FPI Pusat Klaim Tak Tahu Penyegelan 7-Eleven
Penyidik KPK yang Ditarik Mengaku Diteror
Ahmad Heryawan: Lain Jokowi, Lain Ahmad
Berita terkait
Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS
23 jam lalu
Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaRupiah Menguat di Angka Rp 16.088
1 hari lalu
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T
4 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada levep Rp 16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaNilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD
5 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaMasih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS
8 hari lalu
Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaNilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran
9 hari lalu
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan
11 hari lalu
Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaEkonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah
11 hari lalu
Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.
Baca SelengkapnyaPelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik
11 hari lalu
Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.
Baca Selengkapnya