Empat Langkah Atasi Defisit Neraca Berjalan Indonesia  

Reporter

Editor

Minggu, 12 Agustus 2012 08:38 WIB

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di acara Diskusi Integrasi Ekonomi Asean 2015 yang di selenggarakan oleh Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT) bekerjasama dengan irai di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 23-5, 2012. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia dan pemerintah sepakat untuk mengambil sejumlah kebijakan menghadapi defisit transaksi berjalan yang kian melebar. Kebijakan tersebut disepakati bank sentral dan pemerintah dalam rapat koordinasi di Bank Indonesia, akhir pekan ini.

Dalam siaran persnya, Sabtu, 11 Agustus 2012, Bank Indonesia menjelaskan, ada empat langkah yang akan dilakukan. Pertama, BI akan terus melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya untuk mendukung penyesuaian keseimbangan eksternal tersebut. Kedua, BI akan memperkuat operasi moneter untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian likuiditas.

Meski suku bunga acuan dipertahankan di 5,75 persen, BI memutuskan mempersempit koridor bawah operasi moneter dengan menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin, dari 3,75 persen menjadi 4 persen.

Ketiga, BI akan meningkatkan pendalaman pasar valas, termasuk dengan melonggarkan ketentuan terkait tenor forward dengan non-residen, dari yang sebelumnya minimum tiga bulan menjadi minimum satu minggu.

Keempat, BI menerapkan kebijakan makroprudensial melalui pengelolaan pertumbuhan kredit dengan memperkuat implementasi loan to value (LTV), termasuk rencana penerapan untuk industri keuangan berbasis syariah dan larangan pemanfaatan kredit tanpa agunan (KTA) untuk uang muka kredit.

Adapun di sisi pemerintah, sejumlah kebijakan fiskal telah ditempuh untuk memperkuat transaksi berjalan. Misalnya, pemerintah akan terus mendorong ekspor, menekan impor, serta memperbaiki iklim investasi melalui instrumen fiskal.

Untuk itu, pemerintah telah melakukan langkah-langkah antisipatif melalui instrumen perpajakan dan bea masuk. Dari sisi perpajakan, pemerintah menerbitkan kebijakan tax holiday yang diarahkan untuk mendorong investasi yang dapat menghasilkan barang modal dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Sementara di sisi bea masuk, pemerintah memberikan fasilitas pembebasan bea masuk yang ditujukan untuk pengurangan ketergantungan impor untuk barang jadi.

Adapun di sektor pertambangan, pemerintah akan menyelesaikan status clean and clear untuk sekitar 4.000 perusahaan tambang yang terdaftar di Kementerian ESDM. Langkah ini diramalkan akan memberikan peningkatan nilai tambah yang signifikan terhadap nilai ekspor barang mentah dari Indonesia.

Sejalan dengan kebijakan antisipatif tersebut, pemerintah juga telah mengeluarkan delapan peraturan bea masuk anti-dumping (BMAD) dan sepuluh peraturan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP), yang bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari ancaman kerugian akibat impor barang sejenis. Direktorat Bea Cukai juga memperketat pengawasan untuk mencegah penyelundupan.

Sebagai strategi jangka panjang, pemerintah akan memperkuat dan memperbanyak jumlah industri pengolahan. Ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan barang modal, bahan baku, dan bahan penolong.

“Dalam jangka menengah, kebijakan pemerintah diarahkan agar ketergantungan terhadap impor semakin berkurang dan ekspor terus meningkat,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.

MARTHA THERTINA

Berita Terpopuler:
Tak Dapat Koalisi Partai, Jokowi Merasa Dikeroyok

PKS Dukung Foke, Apa Kata Hidayat Soal Jokowi?

Seberapa Penting Luna Maya Bagi Ariel

Dukungan PKS Dinilai Mencurigakan

Apa Mahar PKS untuk Foke?

Ditinggal PKS, Jokowi Pasrah

Isu SARA Foke Unggul, Isu Perubahan Jokowi Menang

Ini Strategi Foke-Nara di Putaran Kedua Pilgub DKI

KD Kecewa, Fans Anang Hina Suaminya

Adik Tiri Obama Tinggal di Gubuk Kumuh Nairobi

Berita terkait

Ekonom Ungkap Bahaya Defisit Anggaran Melebar, Tambah Utang Lagi

27 Februari 2024

Ekonom Ungkap Bahaya Defisit Anggaran Melebar, Tambah Utang Lagi

Pemerintah memperkirakan defisit anggaran pada 2024 akan melebar menjadi 2,8 persen terhadap PDB. Tambah utang lagi.

Baca Selengkapnya

APBN Defisit Rp 169,5 Triliun, Sri Mulyani Yakin Akhir Tahun Lebih Baik

25 November 2022

APBN Defisit Rp 169,5 Triliun, Sri Mulyani Yakin Akhir Tahun Lebih Baik

Sri Mulyani menuturkan defisit APBN akan terjadi sampai akhir tahun, namun angkanya membaik dan masih sesuai dengan target dalam Perpres.

Baca Selengkapnya

Defisit APBN Tahun Depan 2,48 Persen, PKS Ingatkan Sri Mulyani soal Tumpukan Utang

27 September 2022

Defisit APBN Tahun Depan 2,48 Persen, PKS Ingatkan Sri Mulyani soal Tumpukan Utang

Proyeksi defisit APBN ini lebih rendah dari rancangannya yang sebesar 2,85 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Defisit APBN Rp 138,1 T hingga April 2021

24 Mei 2021

Sri Mulyani: Defisit APBN Rp 138,1 T hingga April 2021

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit APBN mencapai Rp 138,1 triliun hingga akhir April 2021.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Sebut Defisit APBN Turun Terlalu Cepat Berbahaya

4 Juni 2020

Kemenkeu Sebut Defisit APBN Turun Terlalu Cepat Berbahaya

Kepala BKF menyatakan penurunan defisit APBN dilakukan secara bertahap.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Defisit APBN Akan Melonjak Jadi Rp 1.039,2 T

3 Juni 2020

Sri Mulyani Sebut Defisit APBN Akan Melonjak Jadi Rp 1.039,2 T

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit APBN 2020 akan meningkat menjadi Rp 1.039,2 triliun.

Baca Selengkapnya

Penanganan Corona Tak Pasti, Defisit APBN Diprediksi Melebar Lagi

19 Mei 2020

Penanganan Corona Tak Pasti, Defisit APBN Diprediksi Melebar Lagi

Defisit APBN 2020 masih dipenuhi ketidakpastian karena wabah Corona alias Covid-19 di Tanah Air tak kunjung usai.

Baca Selengkapnya

Defisit APBN Hingga Akhir Tahun Diprediksi Sekitar 2 Persen

25 Oktober 2019

Defisit APBN Hingga Akhir Tahun Diprediksi Sekitar 2 Persen

Defisit APBN 2019 diperkirakan berada di kisaran 2 - 2,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto.

Baca Selengkapnya

Defisit APBN Semester I 2019 Melebar Menjadi Rp 183,71 Triliun

26 Agustus 2019

Defisit APBN Semester I 2019 Melebar Menjadi Rp 183,71 Triliun

Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN sepanjang semester I 2019 melebar.

Baca Selengkapnya

Jokowi Targetkan Defisit Anggaran 2020 1,76 Persen dari PDB

16 Agustus 2019

Jokowi Targetkan Defisit Anggaran 2020 1,76 Persen dari PDB

Dalam pidato RAPBN 2020, Jokowi menyebut defisit anggaran direncanakan sebesar 1,76 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya