TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan pemerintah untuk menjaga laju inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga bahan pokok menjelang puasa dan Lebaran. Kepala BPS Suryamin mengatakan inflasi Juni 2012 sebagian besar disumbang oleh bahan makanan pokok.
“BPS memperkirakan akan terjadi dua kali kenaikan harga bahan makanan dan barang-barang jadi. Kenaikan harga akan terjadi pada Juli dan Agustus karena bertepatan dengan libur sekolah dan Lebaran,” kata Suryamin dalam konferensi persnya di Jakarta, Senin, 2 Juli 2012.
BPS merilis kenaikan harga pada kelompok bahan makanan rata-rata sebesar 1,57 persen. Inflasi Juni tercatat 0,62 persen dan laju inflasi tahun kalender (Januari-Juni) 2012 sebesar 1,79 persen dan laju inflasi year on year 4,53 persen.
Pemicu lonjakan inflasi pada Juni 2012 adalah inflasi bahan makanan sebesar 0,39 persen. Andil selanjutnya adalah makanan dan minuman jadi sebesar 0,09 persen, perumahan, air, gas sebesar 0,08 persen, sandang 0,03 persen, kesehatan 0,01 persen, dan pendidikan, serta transpor 0,01 persen.
Suryamin mengatakan beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Juni 2012 antara lain cabai merah, bawang putih, daging ayam ras, ikan segar, gula pasir, telur ayam, beras, daging sapi, dan bawang merah. “Dari 66 kota IHK (indeks harga konsumen) yang dipantau BPS, seluruhnya mengalami inflasi,” ujarnya.
Inflasi tertinggi di Kota Ambon 2,39 persen dan Manokwari 2,05 persen, sedangkan terendah di Kota Bima 0,04 persen. Faktor penghambat kenaikan inflasi adalah penurunan harga minyak goreng, bensin jenis Pertamax, dan Pertamax Plus.
Direktur Statistik Harga BPS, Sasmito Hadi Wibowo, mengatakan tren Juli dan Agustus harga-harga barang dan bahan makanan akan masuk dalam periode naik.
\"Inflasi bulan ini dan bulan depan juga masih tinggi karena tingginya permintaan masyarakat tersebut,\" kata dia dalam kesempatan sama.
Dia menyebutkan sejumlah komoditas yang perlu diwaspadai mengalami kenaikan harga di antaranya ayam, ikan dan daging, bumbu masakan, serta beras. Selain itu, harga transportasi angkutan darat juga diperkirakan akan naik seiring dengan rencana PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang akan membatasi penumpang tanpa kursi.
“Kenaikan harga barang-barang akan sulit dikendalikan karena harga-harga barang-barang impor juga telah mengalami kenaikan. Penyebabnya adalah tingginya permintaan di dalam negeri,” ujarnya.
ROSALINA
Berita terkait
Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor
6 jam lalu
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.
Baca SelengkapnyaRupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS
7 jam lalu
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaBPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015
12 jam lalu
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan
Baca SelengkapnyaLPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel
2 hari lalu
Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.
Baca Selengkapnya17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara
4 hari lalu
BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.
Baca SelengkapnyaBPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik
4 hari lalu
Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?
14 hari lalu
Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka
14 hari lalu
Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.
Baca SelengkapnyaImpor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik
14 hari lalu
BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.
Baca SelengkapnyaBPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
14 hari lalu
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.
Baca Selengkapnya