Rupiah Diproyeksikan Menguat di Semester II  

Reporter

Editor

Sabtu, 16 Juni 2012 07:40 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Reserch Institute, memproyeksikan nilai tukar rupiah menguat di bawah Rp 9.000 pada semeseter II 2012. Hal itu disebabkan oleh berkurangnya ketidakpastian ekonomi global akibat utang Eropa.

"Dengan fundamental kita yang baik, harusnya asing akan berani masuk ke sini, sehingga ada modal yang masuk di pasar dalam negeri. Penguatannya sekitar Rp 8.800," katanya di Jakarta, Jumat malam, 15 Juni 2012.

Purbaya membantah dugaan perbaikan ekonomi global akan membuat rupiah semakin melemah akibat larinya para investor ke luar negeri. Menurutnya, dengan membaiknya kondisi dunia, para investor akan masuk ke Indonesia karena pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih cepat dari negara-negara maju. "Mereka akan mencari return yang besar, sehingga kalau ketidakpastiannya hilang mereka akan masuk ke sini," ujar dia.

Selain ketidakpastian ekonomi global yang menipis, penguatan rupiah juga disebabkan oleh kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, akan melakukan kebijakan pelonggaran moneter. Harapan The Fed kembali menggelontorkan likuiditas membuat sentimen di pasar Amerika dan pasar global naik. Injeksi yang mungkin dimulai pada Agustus ini akan mengakibatkan nilai tukar dolar melemah. "Ini akan memacu penguatan rupiah," ujarnya.

Meski rupiah dimungkinkan menguat, Purbaya mengingatkan agar pemerintah tetap menjaga kebijakan fiskal yang sehat dan fokus pada penyiapan anggaran. Pemerintah juga diminta untuk fokus pada proyek-proyek yang besar. "Kalau itu jalan, yang lain akan ikut model itu. Jangan pecahkan masalah sekaligus," ucapnya.

Bank Indonesia pun diminta betul-betul memperhatikan kebijakan moneter. Menurutnya, meski Bi rate saat ini berada di level cukup rendah, 5,75, bunga pinjaman masih tinggi di sekitar 12 persen. Angka ini jauh melebihi bunga negara-negara tetangga yang sekitar 6 persen.

Selain itu, BI juga diminta agar tidak mengeluarkan kebijakan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. "Jangan mengerem terlalu berlebihan ketika kondisi ekonomi sedang menghadapi perlambatan akibat krisis global," kata dia.

NUR ALFIYAH

Berita lain
Kemhub Persiapkan Tiga Bulan untuk Zona Waktu Tunggal

Pabrik Bahan Bom Diresmikan di Bandung

Harga Minyak Tembus US$ 84/Barel di Pasar Asia

Menteri Kehutanan Musnahkan 12,7 Ton Trenggiling Ilegal

Bank Mandiri Desak Berlian Tanker Membayar Utang

Berita terkait

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

1 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

4 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

4 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

4 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

5 hari lalu

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

Rupiah diprediksi dan tak terpengaruh dengan putusan MK. Rupiah spot hari ini ditutup pada Rp 16.237 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

5 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Industri yang Untung dan Buntung

5 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Industri yang Untung dan Buntung

Industri tekstil, pakan ternak, pupuk, hingga gandum yang kerap mengandalkan bahan baku impor menangis di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

8 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

Kementerian PUPR menargetkan Jalan Tol Palembang - Betung selesai pada 2025. Untuk itu butuh tambahan tim percepatan.

Baca Selengkapnya