3 Produsen Karet Kerja Sama untuk Dongkrak Harga  

Reporter

Editor

Jumat, 1 Juni 2012 09:42 WIB

TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, Bangkok - Thailand mengajak Indonesia dan Malaysia bersama-sama mencari cara untuk menstabilkan harga karet yang jatuh.

Pertumbuhan ekonomi di negara maju yang melambat dan kekhawatiran tentang krisis utang Eropa telah memukul permintaan karet dan menyebabkan penurunan harga dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu memicu protes di kalangan petani di Thailand. Mereka menuntut agar pemerintah melakukan intervensi.

"Thailand berharap, kerja sama di antara tiga produsen karet terbesar bisa mengangkat harga," kata Wakil Menteri Pertanian Thailand Nattawut Saikuar seperti dikutip Malaysia Star, Jumat, 1 Juni 2012.

Nattawut mengatakan telah berdiskusi dengan Menteri Perdagangan Indonesia. "Kami sepakat bahwa harga karet telah jatuh pada level yang tidak pantas dan kami harus melakukan sesuatu untuk mencegah kejatuhan harga lebih lanjut," kata dia.

"Saya juga berencana ke Malaysia pada awal Juni mendatang untuk bicara tentang isu ini dengan Menteri Perdagangan Malaysia," ujarnya.

Indonesia adalah produsen karet terbesar kedua di dunia dan Malaysia berada di posisi tiga. Ketiga produsen karet terbesar di dunia ini menguasai 70 persen dari produksi karet alam dunia.

Harga pada bursa berjangka karet di Tokyo turun ke titik terendah selama enam bulan hingga hanya 257,9 yen (US$ 3,28) per kilogram. Harga terendah sejak 24 November karena kekhawatiran baru atas utang Eropa.

Biasanya, tiga produsen karet di Asia Tenggara itu mengurangi pasokan dengan menebang pohon karet untuk mendorong harga. Mereka telah bekerja sama untuk mendukung pasar karet sejak Desember 2008. Saat itu, harga karet jatuh hingga mencapai US$ 1,10 per kilogram saat resesi global memuncak. Pada saat itu, mereka sepakat untuk mengurangi ekspor 915 ribu ton pada 2009 untuk menaikkan harga.

Selama masa kesepakatan, pembatasan ekspor sebenarnya tidak terlalu ketat. Sebab, pasar mulai pulih pada pertengahan 2009 karena permintaan perusahaan ban di Cina dan India.

Nattawut mengatakan pemerintah akan mengambil langkah untuk melakukan skema intervensi dengan membeli karet lebih banyak agar harga karet lembaran diasapi (RSS3) mencapai target 120 baht (US$ 3,76) per kilogram

Harga karet RSS3 pernah mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 6,40 per kilogram pada Februari 2011. Harga jatuh hingga US$ 3,56 karena kegelisahan pada krisis utang Eropa.

Pemerintah menyetujui anggaran untuk intervensi pasar untuk mendukung harga pada Januari lalu. Namun, dampaknya masih sangat terbatas.

MALAYSIA STAR | EKA UTAMI APRILIA

Berita terkait

Akhir Pekan, Harga Emas Antam Tembus Rp 1.350.000 per Gram

9 jam lalu

Akhir Pekan, Harga Emas Antam Tembus Rp 1.350.000 per Gram

Harga emas PT Aneka Tambang atauharga emas Antam melonjak ke level Rp 1.350.000 per gram dalam perdagangan akhir pekan, Sabtu, 18 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Airlangga Sebut IA-CEPA Dorong Perdagangan RI-Australia Melonjak 90 Persen

1 hari lalu

Airlangga Sebut IA-CEPA Dorong Perdagangan RI-Australia Melonjak 90 Persen

Menteri Airlangga menyatakan IA-CEPA pada tahun 2020 telah berhasil menggenjot nilai perdagangan Indonesia dan Australia melonjak hingga 90 persen.

Baca Selengkapnya

Tingkatkan Ekspor ke Amerika Selatan, Kemendag Akan Pakai Perjanjian Perdagangan Bilateral dengan Cile

1 hari lalu

Tingkatkan Ekspor ke Amerika Selatan, Kemendag Akan Pakai Perjanjian Perdagangan Bilateral dengan Cile

Kemendag berencana memanfaatkan perjanjian dagang bilateralnya dengan Cile untuk meningkatkan ekspor ke Amerika Selatan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG melanjutkan pergerakan positifnya

Baca Selengkapnya

Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

2 hari lalu

Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

Kementerian Perdagangan mengungkapkan saat ini fenomena alih mitra dagang sejumlah negara telah mempengaruhi ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

3 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

3 hari lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

3 hari lalu

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

3 hari lalu

Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

Harga emas Antam pada Rabu pagi, naik sebesar Rp 8.000 per gram, sehingga menjadi Rp 1.332.000 (Rp 1,33 juta) per gram.

Baca Selengkapnya