Investor Cemas, Yield Obligasi Pemerintah Meningkat  

Reporter

Editor

Senin, 28 Mei 2012 11:52 WIB

Sejumlah nasabah di Bank Syariah Mandiri, jalan MH. Thamrin Jakarta, Jum'at (24/10). Pemerintah berencana akan menerbitkan obligasi syariah (sukuk) ritel pada Februari tahun depan,dana sukuk kemungkinan diarahkan untuk pembiayaan infrastruktur. Tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, kurva imbal hasil obligasi pemerintah (IBPA-IGSYC) kembali bearish di semua tenor. Kenaikan imbal hasil di semua tenor ini menandakan bahwa pasar kembali dihinggapi kecemasan seputar perkembangan Eropa. Selain itu, terdepresiasinya nilai tukar rupiah juga menjadi pemicu bearish (meningkatnya) kurva imbal hasil.

Kenaikan yield (imbal hasil) tercepat terjadi pada tenor pendek (satu-empat tahun) naik 10,9 basis poin (bps) disusul tenor menengah (lima-tujuh tahun) menguat 7,1 bs, dan tenor panjang (8-30 tahun) sebesar 4,2 bps. Namun demikian, spread imbal hasil tenor dua tahun dan 10 tahun menyempit ke kisaran 154 bps dari sebelumnya 163 bps.

Meningkatnya imbal hasil membuat indeks obligasi pemerintah yang hanya mengukur pergerakan harga (GBIX-Clean Price) turun 0,4014 poin (0,31 persen) ke level 127,4042, sedangkan indeks obligasi pemerintah yang mengukur semua potensi keuntungan (GBIX- Total Price) turun 0,5037 poin (0,29 persen) menjadi 175,3579. Tekanan indeks ini membuat hasil pengembalian obligasi pemerintah hanya mencapai 0,97 persen sepanjang tahun ini.

Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Tumpal Sihombing, mengungkapkan koreksi harga di pasar sekunder akhir pekan lalu terimbas oleh kecemasan terhadap pasar global. “Investor masih terlihat melakukan flight to quality dan lari ke instrumen safe haven, terutama dolar AS,” ucapnya.

Dolar AS terus mengalami penguatan terhadap mata uang dunia sehingga indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya berada di level 82,34. Dengan demikian, Credit Default Swap (CDS) Indonesia kembali meningkat 23,85 bps menjadi 249,16.

Sentimen positif datang dari Yunani, yaitu ketika partai New Democracy yang mendukung dana talangan berhasil menempati urutan pertama dalam jajak pendapat sebelum pemilihan umum bulan depan.

Di sisi lain, sentimen negatif datang dari Spanyol yang meminta negara uni Eropa membantu dalam mencari pinjaman. Salah satu bank terbesar Spanyol, Bankia, kembali meminta dana talangan pemerintah senilai 19 miliar euro (US$ 24 miliar). Adapun para pemimpin Eropa belum sepakat soal rencana penerbitan obligasi Eropa (Eurobond). “Kanselir Jerman Angela Merkel masih menolak penerbitan obligasi bersama ini,” dia menuturkan.

Harga obligasi pemerintah acuan seri FR0058 (tenor 20 tahun) harganya turun paling dalam sebesar 60 bps menjadi 110,75, sehingga imbal hasilnya naik 5,27 bps menjadi 7,2261 . Diikuti obligasi seri FR0060 (tenor lima tahun) harganya turun 40,2 bps menjadi 103,103.1035, dan imbal hasinyal meningkat 9,25 bsp menjadi 5,5156 persen.

VIVA B. KUSNANDAR

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

31 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya