TEMPO Interaktif, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menjelaskan Pemerintah bersama Bank Indonesia telah memiliki protokol pengendalian krisis. Secara bersama, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan mengelola Crisis Management Protocol yang dilengkapi prosedur untuk pengukuran indikator krisis
"Kita punya protokol, kita punya indikator yang disepakati dari awal bersama Menteri Keuangan," ujar Darmin kepada wartawan usai melakukan penandatanganan kerja sama dengan Badan Pusat Statistik dan Kementerian Keuangan di Gedung Bank Indonesia, Rabu, 10 Agustus 2011.
Menurut Darmin, indikator krisis tersebut dikategorikan dalam tiga sinyal warna, yakni hijau, kuning, dan merah. Masing-masing menggambarkan ekonomi dalam kondisi aman (hijau) hingga gawat (merah).
Variabel perekonomian yang masuk dalam indikator krisis itu meliputi tingkat nilai tukar rupiah, harga saham (indeks harga saham gabungan), nilai Surat Utang Negara, capital inflow, dan lainnya. Jika indikator menunjukkan sinyal buruk, maka segera Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan duduk bersama melakukan analisis.
Untuk kondisi saat ini, Darmin mengatakan indikator krisis itu masih berwarna hijau. "Tapi ada satu indikator mungkin yang bergerak terlalu jauh," kata Darmin.
Tapi saat disinggung soal kondisi IHSG yang sedang memerah di pasar, Darmin menolak menjelaskan lebih lanjut. "Jangan tanya satu-satulah indikatornya. Pokoknya secara umum keseluruhan kesimpulannya masih hijau. Jangan tanya yang mana yang kuning," kata dia.
Sementara itu, kata Darmin, Bank Indonesia terus mengawasi indikator nilai tukar rupiah. "Volatilitas rupiah tetap kita jaga. Tapi kalau target kurs, kita tidak akan berpegang terlalu ketat, tapi volatilitasnya kita jaga," ujar Darmin.
Bank Indonesia, kata dia, akan menyiapkan sejumlah bauran kebijakan jika indikasi krisis menyala. Namun Darmin yakin selama krisis di Amerika tidak berkepanjangan dan tidak bergejolak, maka kondisi pasar domestik masih aman.
"Nanti kalau kita sampai pada tahap yang membahayakan baru kita mulai dengan cara-cara tidak seperti situasi yang normal," katanya.
Untuk saat ini, pemerintah terus memantau perkembangan pasar. "Kita tunggu saja, kalau situasi membaik, ya syukur, kalau situasi memburuk juga kita sudah siap," kata Darmin.
FEBRIANA FIRDAUS
Berita terkait
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
22 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
1 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
4 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
4 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
5 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
5 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
6 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Selengkapnya