BKF: Tarif Bea Masuk Film Impor Naik 100 Persen

Reporter

Editor

Sabtu, 18 Juni 2011 21:48 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro mengatakan bea masuk film impor naik 100 persen dibandingkan bea masuk yang sebelumnya diberlakukan. “Bea masuk yang lama dinilai terlalu murah sehingga film nasional merasa tidak fair,” kata Bambang kepada Tempo, di kantornya, Jakarta, Jumat 17 Juni 2011.

Bambang mengatakan tarif bea masuk yang baru itu diberlakukan secara spesifik. Artinya penghitungan tarif tidak lagi berdasar satuan meter panjang pita seluloid film, tapi berdasarkan per menit. “Menghitung panjang pita tidak lagi relevan, kami harus melihat barangnya, yaitu filmnya, berapa lama filmnya, menit sebagai satuan baru,” kata Bambang.

Menurut Bambang, dari satuan meter panjang pita film kemudian dikonversi ke satuan menit. Konversi ini dilakukan untuk mengantisipasi berkembangnya teknologi film digital. Dengan bentuk digital film akan menjadi barang yang tidak berwujud. “Nah yang bisa mewujudkan itu adalah menit tadi,” katanya.

Penghitungan nilai tarif bea masuk yang baru ini dengan mengasumsikan satu menit sama dengan 27,42 meter. Dari konversi tersebut dikalikan nilai pabean US$ 0,043 dan kurs rupiah Rp 9100 per dolar. Sehingga berdasar tarif lama, besaran bea masuknya sebesar Rp 10.729 per menit. Tarif ini yang kemudian dinaikkan sebesar 100 persen menjadi Rp 21.458 per menit film. Rp 21458 itulah yang kemudian menjadi tariff baru bea masuk film yang baru.

Menurut Bambang penentuan tarif yang baru ini disertai dengan memperhatikan besaran tariff di negara-negara lain terutama di Asia Tenggara. Di Thailand, pengimpor film cukup hanya mengimpor satu copy film dan kemudian digandakan di dalam negeri. “Karena disana industrinya sudah berkembang,” katanya.

Adapun di Indonesia selain industrinya belum berkembang, juga tidak ada aturan yang memaksa agar copy film digandakan di dalam negeri. “Sehingga copy film yang diimpor harus lebih banyak,” katanya.

Sehingga dengan model seperti itu Indonesia yang paling mahal dalam bea masuk impor film, karena harus mengimpor lebih dari satu copy film sedangkan Thailand cukup satu copy. Namun dengan hanya memperhatikan besaran tarif baru per menit tersebut, Indonesia tarifnya yang paling mahal setelah Thailand, sedangkan di Asia Timur setelah Korea Selatan dan Thailand. “Singapura setahu saya hanya 5 persen, Malaysia dan Brunei bahkan nol persen, jadi film impor disana tidak ada bea masuknya,” katanya.

Disamping persoalan tariff, Bambang mengatakan Kementerian Keuangan menginginkan adanya tata niaga film impor yang sehat. Jangan sampai ada monopoli impor film yang selama ini berlangsung. Namun Bambang mengakui Kementerian Keuangan mempunyai wewenang yang terbatas, yaitu hanya menentukan tarif bea masuk. “Kami bukan superbodi yang bisa menghajar semua,” katanya.

IQBAL MUHTAROM | AGOENG WIJAYA

Berita terkait

Cash Out Jadi Film Comeback John Travolta yang Mengecewakan?

7 jam lalu

Cash Out Jadi Film Comeback John Travolta yang Mengecewakan?

Film John Travolta terbaru, Cash Out tidak begitu mendapat respons yang positif dari penonton dan dinilai mengecewakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Masalah Impor Tidak Hanya Tanggung Jawab Bea Cukai

12 jam lalu

Sri Mulyani: Masalah Impor Tidak Hanya Tanggung Jawab Bea Cukai

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan persoalan impor tidak hanya tanggung jawab Dirjen Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani dan Airlangga Bebaskan Kontainer yang Tertahan Perizinan Impor

13 jam lalu

Sri Mulyani dan Airlangga Bebaskan Kontainer yang Tertahan Perizinan Impor

Menteri Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto melepaskan belasan kontainer yang sempat tertahan persoalan perizinan impor.

Baca Selengkapnya

Selain Vina: Sebelum 7 Hari, Ini 4 Film Indonesia Diangkat dari Kisah Nyata yang Tragis

19 jam lalu

Selain Vina: Sebelum 7 Hari, Ini 4 Film Indonesia Diangkat dari Kisah Nyata yang Tragis

Selain film Vina: Sebelum 7 Hari, berikut beberapa film Indonesia yang juga diangkat dari kisah nyata tragis dari para tokohnya.

Baca Selengkapnya

Mengenang Sophan Sophiaan 16 Tahun Lalu Berpulang Saat Turing Motor Jalur Merah Putih

21 jam lalu

Mengenang Sophan Sophiaan 16 Tahun Lalu Berpulang Saat Turing Motor Jalur Merah Putih

Sophan Sophiaan dikenal sebagai aktor, sutradara, dan politisi. Ia wafat 16 tahun lalu di Hutan Widodaren Ngawi saat turing motor Jalur Merah Putih.

Baca Selengkapnya

Polri Bongkar Jaringan Narkoba Hydra di Indonesia, Mengingatkan Organisasi Kriminal Musuh Captain America

1 hari lalu

Polri Bongkar Jaringan Narkoba Hydra di Indonesia, Mengingatkan Organisasi Kriminal Musuh Captain America

Polri ungkap jaringan narkoba Hydra belum lama ini. Pecinta komik dan film Captain America pasti teringat organisasi kriminal musuhnya itu.

Baca Selengkapnya

Film Supergirl: Woman of Tomorrow Diadaptasi dari Komik

2 hari lalu

Film Supergirl: Woman of Tomorrow Diadaptasi dari Komik

Supergirl: Woman of Tomorrow akan tayang pada 26 Juni 2026. Film ini dibintangi oleh Milly Alcock sebagai Girl of Steel

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?

2 hari lalu

Faisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?

Sejumlah nama besar masuk dalam bursa calon menteri keuangan untuk kabinet Prabowo-Gibran. Dua sosok dinilai cukup kuat

Baca Selengkapnya

5 Game yang Diadaptasi Menjadi Film, Apa Saja?

3 hari lalu

5 Game yang Diadaptasi Menjadi Film, Apa Saja?

Banyak film yang diadaptasi dari game telah memberikan pengalaman menghibur bagi penonton

Baca Selengkapnya

Tidak Cukup Sri Mulyani, Jokowi akan Turun Tangan Selesaikan Persoalan Bea Cukai

4 hari lalu

Tidak Cukup Sri Mulyani, Jokowi akan Turun Tangan Selesaikan Persoalan Bea Cukai

Bea Cukai terus menuai kecaman publik karena dianggap berkinerja buruk. Sri Mulyani belum berhasil menangani. Kini Jokowi turun tangan.

Baca Selengkapnya