TEMPO Interaktif, Jakarta:Swop (pengalihan) kontrak LNG dari Exxon Mobil di Arun ke Bontang terganjal masalah harga dan ketidaksiapan operator lapangan di Bontang. Hal ini disampaikan Wakil Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Kardaya Warnika, saat konferensi pers di Kantor BP Migas Selasa (11/11). Menurut Kardaya pemerintah memutuskan dalam kontrak jangka panjang tahun 2004 Exxon Mobil tetap memasok gas ke PT Asean Aceh Fertilizer (AAF), Pupuk Iskandar Muda (PIM 1 dan 2), dan Kertas Kraft Aceh. Sementara di sisi lain Exxon Mobil harus memenuhi pasokan gas sesuai kontraknya dengan Korea.Menurut Kardaya, solusi yang ditawarkan dalam memenuhi kontrak dengan Korea, pasokan LNG dialihkan ke Bontang. Sementara Exxon memasok gas yang ada ke AAF, PIM 1 dan 2, dan Kertas Kraft Aceh.Kardaya mengatakan pengalihan hingga saat ini masih terganjal harga. Value retention masih belum disetujui Menko Ekuin, katanya. Menurutnya pemerintah masih belum bisa memenuhi permintaan Exxon mengenai penetapan harga yang sama dengan harga yang tertera pada kontrak dengan Korea.Kendala lain, kata Kardaya, pengembang di Bontang belum siap dengan adanya pengalihan kontrak ini. Pihak pengembang Bontang diduga belum menyetujui jangka waktu yang ditawarkan oleh pemerintah yaitu sekitar tiga tahun (2004-2007). Dhian N. Utami - Tempo News Room
Berita terkait
Kejati Bali Belum Temukan Korban Lain dalam Kasus Pemerasan Bendesa Adat Bali
22 detik lalu
Kejati Bali Belum Temukan Korban Lain dalam Kasus Pemerasan Bendesa Adat Bali
Kejati Bali menyatakan masih mendalami kasus pemerasan yang diduga dilakukan Bendesa Adat Bali.