Setelah LDR, BI Ingin Atur Bunga Referensi

Reporter

Editor

Selasa, 14 September 2010 09:07 WIB

Darmin Nasution. TEMPO/ Novi Kartika
TEMPO Interaktif, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyatakan bank sentral akan segera merilis aturan yang mewajibkan bank-bank mengumumkan besaran prime lending rate atau suku bunga referensi pada setiap awal bulan. Beleid baru itu diharapkan melengkapi kebijakan tentang patokan rasio penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga bank atau loan-to-deposit ratio (LDR) dan kenaikan setoran giro wajib minimum (GWM) primer.

"Kita tunggu saja, ini tidak terburu-buru, sudah kami perhitungkan," ujar Darmin kepada Tempo di sela-sela open house di kediamannya di Jakarta pekan lalu. Namun ia masih enggan mengungkapkan kapan kebijakan itu dirilis.

Sebelumnya, Darmin mengatakan pengumuman prime lending rate tersebut akan membuat persaingan antarbank menjadi lebih sehat dan transparan. "Dengan persaingan itu, kami percaya tingkat bunga akan pelan-pelan turun lagi," kata Darmin dalam wawancara khusus dengan Tempo beberapa waktu lalu.

Menurut Darmin, prime lending rate adalah tingkat bunga yang ditawarkan bank minus premi risikonya. Bagi nasabah dan otoritas pengawasan bank, kewajiban pengumuman suku bunga dasar tersebut akan memudahkan mengenali rekam jejak debitor dan sektor-sektor usaha yang prospektif.

Bila sektor usaha dan rekam jejak debitor bagus, bank akan menawarkan premi risiko rendah, misalnya hanya 0,5 persen. Sehingga kalau bunga dasar yang ditawarkan 9,5 persen, bunganya cuma 10 persen. Tapi, kalau berisiko, premi risikonya bisa 1,5 persen sehingga bunganya menjadi 11 persen. Dengan begitu, nasabah yang merasa prospek usaha dan rekam jejaknya bagus bisa memilih yang diinginkan.

Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) mengapresiasi rencana tersebut. Direktur Eksekutif Asbanda Nazwar Nazir mengatakan kebijakan tersebut baik karena akan menyehatkan industri perbankan. "Bank-bank dapat bersaing secara sehat dan terdorong untuk semakin meningkatkan kualitas pelayanannya," kata Nazwar.

Menurut Direktur Utama Bank Nagari ini, dengan adanya pengumuman suku bunga referensi itu nasabah mendapat informasi yang berimbang sehingga paham mana bank yang tepat untuk dimanfaatkan jasanya.

Namun pengamat ekonomi dan perbankan Aviliani khawatir kebijakan pengumuman bunga referensi berisiko menimbulkan kerumitan di industri perbankan. Penentuan suku bunga kredit tidak sesederhana yang diinginkan Bank Indonesia karena setiap bank memiliki grade tingkat bunga sesuai dengan segmentasi pasarnya masing-masing, entah di sektor kredit mikro, menengah, maupun korporasi.

Ia mengingatkan Bank Indonesia bahwa liberalisasi suku bunga sudah berjalan sejak 1988. Jika tujuannya hanya untuk mengetahui benchmark suku bunga kredit yang wajar, lebih baik Bank Indonesia meminta laporan tertutup pada masing-masing bank. "Itu lebih mengedepankan unsur prudential," katanya.

FEBRIANA FIRDAUS | EVANA DEWI

Berita terkait

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

26 menit lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

4 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya