Pansus OJK Tuding BI Takut Kehilangan Otoritas

Reporter

Editor

Senin, 23 Agustus 2010 17:36 WIB

Usulan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution kepada tim pansus RUU OJK di Gedung MPR/DPR, Jakarta (23/8). TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO Interaktif, Jakarta -Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan Bank Indonesia tidak sedang melakukan tarik-menarik kekuasaan terkait pembentukan lembaga Otoritas Jasa Keuangan. “Terlalu kecil kalau urusannya kekuasaan, tapi ini demi kemaslahatan bangsa, itulah landasan kita,” kata Darmin dalam rapat dengar pendapat dengan Panitia Khusus RUU Otoritas Jasa Keuangan DPR di gedung DPR hari ini (23/8)

Darmin mengatakan hal itu untuk menjawab pernyataan anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Andi Rahmat, yang menuduh Bank Indonesia hanya terkesan mengurusi kekuasaan atas bank-bank. “BI terkesan hanya mau keuasaaan mengawasi bank-bank, BI tidak ingin pengawasan bank diambil,” kata Andi.

Padahal, kata Andi, BI juga punya kepentingan atas asuransi dan reksadana. Ia mencontohkan kasus Bank Century yang dari tahun 2004 hingga sekarang tidak selesai-selesai. “Bank yang melakukan investasi tidak pernah diselesaikan,” katanya.

Hal senadam juga disampaikan Ketua Panitia Khusus RUU OJK, Nusron Wahid yang mempertanyakan keinginan BI melakukan pengawasan hanya kepada perbankan. Padahal kalau menyangkut sistem pembayaran, stabilisasi dan operasi moneter, yang dibutuhkan tidak hanya interkoneksi dengan perbankan tapi juga dengan lain. “Ada tafsir BI tidak mau kehilangan otoritasnya,” kata Nusron saat ditemui usai rapat.

Usulan BI untuk membentuk Dewan Pengawasan Bank yang masih dibawah Gubernur BI adalah sebuah pertanyaan besar. “BI takut kehilangan otoritas perbankan, dan kemudian mencari alibi dan dalih dengan badan otonom seperti Dewan Pengawasan Bank,” kata Nusron.

Nusron menilai pernyataan Darmin bahwa BI akan kesulitan mengakses data real time disaat krisis adalah sebuah pernyataan yang bombastis. “Pernyataan saudara Darmin bombastis, siapa yang akan mendiskoneksi BI dan bank-bank,” katanya.

Menurut Nusron, tidak ada yang perlu ditakutkan dengan kepentingan BI untuk mempunyai hubungan dengan bank-bank. “Kalau butuh interkoneksi kita kasih,” katanya. Nanti akan ada forum koordinasi antar lembaga agar Bank Indonesia punya koneksi dengan perbankan. “Sepanjang untuk kepentingan moneter dan stabilisasi, tapi bukan untuk pengawasan,” katanya.

Tentang desain lembaganya seperti apa, Nusron mengaku itu masih jadi perdebatan. Tapi yang jelas, Partai Golkar sudah bersikap nantinya pimpinan Otoritas Jasa Keuangan akan dipilih oleh DPR. “Golkar ingin semua dipilih DPR sehingga punya bobot politik,” kata dia.

Menurut Nusron, OJK bukan otoritas patungan antara BI dan Kementerian Keuangan yang bisa mengirim pasukan seenak-enaknya. “Kita ingin yang kredibel, transparan, bebas dari tarik-menarik kekuasaan baik fiskal maupun moneter,” katanya.

Dia mengatakan, DPR belum bisa mengatakan akan menolak usulan BI yang ingin membentuk Dewan Pengawasan Bank. “Kita bukan antipasti, tapi juga bukan dengan badan otonom,” katanya.

IQBAL MUHTAROM

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

21 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya