Inflasi Juni Terpengaruh Pedasnya Cabai

Reporter

Editor

Senin, 28 Juni 2010 14:36 WIB

TEMPO/Dwianto Wibowo
TEMPO Interaktif, Jakarta -- Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan memperkirakan inflasi Juni masih tergolong normal, atau tidak mengalami lonjakan terlalu tinggi dari laju inflasi Mei yang sebesar 0,29 persen. "Inflasi masih normal karena belum ada shock seperti kenaikan Tarif Dasar Listrik," kata Rusman saat dihubungi Tempo hari ini (28/6).

Diungkapkan Rusman, naiknya inflasi dari Mei ke Juni disebabkan oleh kenaikan harga beberapa bahan makanan. Yakni, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam. Kenaikan harga tertinggi dialami cabai merah yang naik 50 persen dan cabai rawit naik 70 persen. Sementara bawang merah naik 17 persen dan beras naik 2 persenan.

"Lima bahan makanan itu yang akan menyumbang inflasi. Tapi menurut saya, kenaikannya karena siklus musiman. Tiap bulan Juni setiap tahunnya memang seperti itu. Seperti harga beras yang naik karena lagi masa panen. Meski, Juni tahun ini sepertinya angka inflasinya lebih besar dari Juni tahun-tahun lalu," ujarnya.

Rusman menyebut, dari kelima bahan makanan itu, cabailah yang menyumbang porsi terbesar kenaikan inflasi. "Cabai merah gila-gilaan naiknya. Saya heran, cabai bukan bahan makanan pokok orang Indonesia. Tapi dari kemarin, sepertinya cabai yang paling mempengaruhi inflasi," kata dia.

Bulan lalu, inflasi kumulatif hingga Mei 2010 yang mencapai 1,44 persen disumbang oleh bahan makanan dengan angka 0,11 persen, diikuti makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,06 persen, lalu sandang 0,08 persen.

Dari kelompok bahan makanan, cabai merah paling besar memberi kontribusi inflasi sebesar 0,05 persen. Adapun bawang putih menyumbang 0,03 persen, jeruk dan cabai rawit masing-masing menyumbang 0,02 persen.

"Ini pengaruh gaya hidup masyarakat Indonesia yang suka makan pedes-pedes. Barangkali untuk menahan agar pengaruh ke inflasi tidak terlalu tinggi, permintaan masyarakat terhadap cabai harus diganti dengan bubuk cabai," kata Rusman.

ISMA SAVITRI

Berita terkait

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

7 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

23 jam lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

1 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

3 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

5 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

5 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

14 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

15 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

15 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya