Walhi Sindir Yusril Ihza Mahendra yang Ikut Menambang Pasir Laut untuk Ekspor ke Singapura

Sabtu, 5 Oktober 2024 20:19 WIB

Yusril Ihza Mahendra secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan sebagai Ketum PBB dalam sidang Musyawarah Dewan Partai (MDP) yang digelar di DPP (Dewan Pengurus Pusat) PBB di Jakarta pada Sabtu malam, 18 Mei 2024. Keinginan Yusril untuk mundur itu diterima oleh MDP yang dilanjutkan dengan pemilihan penjabat (Pj) ketua umum. Fahri Bachmid lalu terpilih sebagai pj Ketua Umum PBB dan menggantikan Yusril. TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Sekretaris Negara era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, Yusril Ihza Mahendra, diketahui memiliki sebuah perusahaan yang turut mendaftar dalam proyek tambang pasir laut. Perusahaan yang dimiliki Yusril bernama PT Gajamina Sakti Nusantara, merupakan salah satu dari 65 perusahaan yang antre untuk izin penambangan itu.

Setelah masyarakat mengetahui bahwa Yusril ikut dalam kegiatan penambangan pasir laut, hal itu menuai banyak kritik dari beberapa pihak. Salah satunya yakni Manajer Kampanye Pesisir Laut dan Pulau Kecil Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Parid Ridwanuddin.

Dia mengkritik niat Yusril melibatkan perusahaannya untuk melakukan penambangan pasir laut. Parid menyarankan agar Yusril lebih baik menjadi Menteri Singapura.

"Nah terus soal Yusril, ini bagusnya dia jadi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Singapura aja tuh," kata Parid saat dihubungi Tempo melalui saluran telepon pada Jumat, 04 Oktober 2024.

Parid menjelaskan alasan dirinya menyarankan Yusril untuk menjadi Menteri Hukum dan HAM Singapura. Ia mengatakan, Yusril lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan Singapura daripada kepentingan negeri sendiri terkait pasir laut.

Advertising
Advertising

"Kalau dia (Yusril) bilang, Singapura butuh. Udah bagus kalau gitu dia jadi Menteri Hukum dan HAM Singapura aja, jangan di Indonesia," ujarnya.

Menurut Parid, Yusril tidak mencerminkan tokoh yang memahami makna dan arti dari HAM. Sebab, kata dia, sejak disahkannya peraturan ekspor pasir laut, regulasi itu tidak melihat kondisi masyarakat pesisir pantai yang terdampak penambangan itu.

"Itu mencerminkan dia (Yusril) tidak mengerti HAM masyarakat pesisir yang hancur lautnya itu," tutur Parid.

Lebih lanjut, ia menuturkan, pernyataan yang diungkapkan Yusril tentang kebutuhan Singapura, dinilai tidak memihak rakyat Indonesia. Parid mengatakan, wilayah laut juga dibutuhkan nelayan di Indonesia.

"Kalau dia bilang Singapura butuh, emang Indonesia gak butuh? Itu masyarakat pesisir yang bergantung sama laut juga butuh Pak," ucap dia.

Menurutnya, jika Yusril menjadi Menteri Hukum dan HAM Singapura, justru berdampak baik. Parid berujar, apabila Yusril memiliki keinginan untuk menjadi Menteri Singapura, maka hal tersebut kemungkinan diterima.

"Kalau gitu bilang aja suruh jadi Menkum HAM di Singapura. Itu akan lebih diterima di sana mungkin. Gitu aja," ujar Parid.

Pilihan Editor: Perusahaan Adik Prabowo Subianto Ikut Daftar Calon Penambang Pasir Laut

Berita terkait

WALHI Desak Kejaksaan Agung Usut Dugaan Korupsi Proyek Pemutihan Sawit

7 jam lalu

WALHI Desak Kejaksaan Agung Usut Dugaan Korupsi Proyek Pemutihan Sawit

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mendesak Kejaksaan Agung mengusut tuntas dugaan korupsi tata kelola Proyek Pemutihan Sawit dalam Kawasan Hutan.

Baca Selengkapnya

Celios Sebut Ekspor Pasir Laut akan Rugikan PDB Rp 1,22 Triliun, Ini Alasannya

7 jam lalu

Celios Sebut Ekspor Pasir Laut akan Rugikan PDB Rp 1,22 Triliun, Ini Alasannya

Center of Economic and Law Studies (Celios) memprediksi ekspor pasir laut justru akan menyebabkan kerugian Rp 1,22 triliun. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

Ini Gaji Rata-rata di Singapura, Pegawai Pria Dapat Lebih Banyak?

8 jam lalu

Ini Gaji Rata-rata di Singapura, Pegawai Pria Dapat Lebih Banyak?

Gaji rata-rata di Singapura Rp62 juta per bulan sebelum potongan CPF (semacam tabungan perumahan) dan pajak pribadi.

Baca Selengkapnya

Terkini: Aplikasi Temu 3 Kali Gagal Daftar Merek di Indonesia, Aturan tentang Jaminan Ojol Diminta Segera Disahkan?

11 jam lalu

Terkini: Aplikasi Temu 3 Kali Gagal Daftar Merek di Indonesia, Aturan tentang Jaminan Ojol Diminta Segera Disahkan?

Aplikasi Temu telah tiga kali berusaha mendaftarkan merek di Indonesia. Bahkan pada 22 Juli 2024, aplikasi Temu sempat mengajukan pendaftaran ulang.

Baca Selengkapnya

Profil PT Gajamina Sakti Nusantara, Perusahaan Yusril Ihza yang Ikut Menambang Pasir Laut

15 jam lalu

Profil PT Gajamina Sakti Nusantara, Perusahaan Yusril Ihza yang Ikut Menambang Pasir Laut

KKP menyatakan ada 66 perusahaan sedang antri mengurus perizinan pengelolaan pasir laut. Salah satu perusahaan itu milik Yusril Ihza Mahendra, PT Gajamina Sakti Nusantara.

Baca Selengkapnya

Ini Rencana Mega Proyek Singapura yang Akan Butuhkan Pasir Laut Indonesia

17 jam lalu

Ini Rencana Mega Proyek Singapura yang Akan Butuhkan Pasir Laut Indonesia

Singapura saat ini tengah merencanakan berbagai proyek reklamasi yang akan membutuhkan pasokan pasir laut dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa National University of Singapore Ditemukan Tewas di Gedung Asrama

17 jam lalu

Mahasiswa National University of Singapore Ditemukan Tewas di Gedung Asrama

Mahasiswa National University of Singapore (NUS) ditemukan tewas dalam sebuah kamar asrama kampus pada Kamis, 3 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Rekam Jejak PDIP Jadi Partai Oposisi di Luar Pemerintahan SBY

1 hari lalu

Rekam Jejak PDIP Jadi Partai Oposisi di Luar Pemerintahan SBY

PDIP pernah menjadi partai oposisi di luar pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bagaimana kiprahnya?

Baca Selengkapnya

Diminta Awasi Tambang Pasir Laut, Ini Jawaban KPK

1 hari lalu

Diminta Awasi Tambang Pasir Laut, Ini Jawaban KPK

Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Tessa Mahardika, mengatakan belum mendapat info permintaan pengawasan tambang pasir laut.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Ungkap Tiga Sosok yang Bisa Hentikan Konflik Israel-Palestina, Siapa Mereka?

2 hari lalu

Jusuf Kalla Ungkap Tiga Sosok yang Bisa Hentikan Konflik Israel-Palestina, Siapa Mereka?

Jusuf Kalla menyebut tiga tokoh utama yang bisa menghentikan konflik Israel-Palestina antara lain Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

Baca Selengkapnya