Smelter Nikel ITSS Kerap Meledak, Menperin Cek Ketaatan Regulasi Perusahaan

Reporter

Riri Rahayu

Editor

Agung Sedayu

Sabtu, 15 Juni 2024 10:17 WIB

Kemenaker dan Kemenko Investasi dan Kemaritiman berbeda dalam melihat kecelakaan kerja di smelter nikel ITSS yang berlokasi di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah.

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) melakukan perbaikan esensial untuk meningkatkan keselamatan kerja. Hal ini buntut kecelakaan kerja yang kembali terjadi di pabrik smelter yang beroperasi di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) pada Kamis, 13 Juni 2024. Dalam peristiwa itu, dua pekerja terluka akibat semburan uap panas ketika mereka membersihkan lantai pabrik dari ceceran terak baja.

“Tim inspeksi dari Kementerian Perindustrian sebelumnya telah merekomendasikan perbaikan penting setelah ledakan fatal pada Desember 2023 yang menelan korban jiwa,” kata Agus Gumiwang, Jumat, 14 Juni 2024, dikutip dari keterangan tertulis. Dalam insiden ledakan tungku smelter pada 24 Desember lalu, tercatat ada 21 pekerja yang meninggal.

Agus Gumiwang meminta perusahaan menyusun peta risiko di area furnace dengan langkah mitigasi yang tepat. Kemudian, memastikan implementasi perbaikan sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang memiliki struktur tanggung jawab berjenjang, serta melakukan kalibrasi berkala terhadap alat ukur suhu dan arus listrik.

Menyusul kejadian Kamis malam kemarin, Agus Gumiwang menyebut kementeriannya telah meminta klarifikasi dari PT IMIP tetapi perusahaan tidak dapat hadir karena sedang melakukan investigasi. Selanjutnya, Kemenperin akan berkoordinasi dengan manajemen PT ITSS dan PT IMIP untuk memastikan ketaatan terhadap regulasi keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

Langkah tersebut dilakukan untuk menegakkan standar yang tepat dalam industri smelter yang memiliki risiko tinggi. "Bila diperlukan, Kemenperin akan melakukan inspeksi ke lokasi,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Lebih lanjut, Agus Gumiwang mengatakan, indisen berulang di ITSS menegaskan urgensi dari implementasi keamanan dan keselamatan (K2) yang kuat di seluruh sektor industri. Ia pun meminta semua pihak memprioritaskan keselamatan dan kesehatan kerja dalam aktivitas industri untuk mengurangi angka kecelakaan.

"Budaya keselamatan kerja harus menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap individu dan perusahaan, untuk mencegah kecelakaan yang dapat dihindari dan memastikan lingkungan kerja yang aman bagi semua," tuturnya.

Insiden di ITSS Kamis kemarin terjadi pukul 22.00 WITA. Manager Media Relations PT IMIP Dedy Kurniawan mengonfirmasi hal tersebut. Namun, ia membantah kecelakaan terjadi karena ledakan tungku smelter. "Bukan ledakan smelter, tapi semburan uap panas ketika karyawan melakukan pembersihan terak baja yang terdapat di lantai pabrik," ujar Dedy melalui keterangan tertulis, Jumat, 14 Juni 2024.

Dedy menuturkan, kecelakaan kerja itu terjadi ketika sejumlah karyawan membersihkan lantai pabrik dari ceceran terak baja. Untuk mempermudah proses pembersihan, dilakukan pemotongan terak baja tersebut. Usai dipotong, tiba-tiba salah seorang karyawan menyiram air pada terak baja yang baru saja dipotong dengan maksud untuk mempercepat proses pendinginan. Akibatnya, terjadi semburan uap panas dan mengenai dua orang karyawan.

"Penanganan yang dilakukan oleh pihak tim safety IMIP adalah melakukan investigasi kecelakaan kerja di tempat tersebut," kata Dedy.

Buntut kejadian kemarin, Serikat Pekerja Industri Morowali dan Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (SPIM-KPBI) menuntut agar Departemen Ferosilicon PT ITSS bertanggung jawab penuh. Serikat juga meminta agar departemen tempat kecelakaan kerja Kamis malam itu ditutup. "Kami minta agar ditutup dan tidak dioperasikan lagi," tutur Ketua Harian DPP SPIM-KPBI, Rudin M, melalui keterangan tertulis, Jumat, 14 Juni 2024.

Menurut Rudi, kecelakaan kerja berulang di ITSS membuktikan bobroknya sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di perusahaan tersebut. Selain itu, kecelakaan terjadi lantaran lemahnya pengawas ketenagakerjaan di Kawasan IMIP.

Sementara itu, Ketua Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE) IMIP, Henry Foord Jebss, mendesak audit menyeluruh di smelter yang beroperasi di Kawasan IMIP. "Audit menyeluruh harus dilakukan tim independen yang melibatkan serikat buruh, sebagaimana tuntutan kami setelah tragedi ITSS Desember lalu," kata Henry, Jumat, 14 Juni 2024.

SBIPE IMIP juga mendesak perusahaan bertanggung jawab atas kejadian Kamis malam kemarin. Semua korban, Henry mengatakan, harus dipenuhi seluruh haknya. Pasalnya, menurut dia, ada korban tragedi ledakan pada Desember 2023 yang penanganannya belum tuntas. "Kami sedang mendampingi para korban untuk memastikan hak mereka dipenuhi pihak perusahaan," ujarnya.

Pilihan Editor: FNKSDA Minta Nahdliyin Tidak Ikut PBNU Terima Izin Tambang

Berita terkait

Tak Sampai Sebulan Sebelum Lengser, Jokowi Masih Sibuk Resmikan Banyak Hal

11 jam lalu

Tak Sampai Sebulan Sebelum Lengser, Jokowi Masih Sibuk Resmikan Banyak Hal

Sebulan sebelum lengser dari jabatan, Presiden Jokowi meresmikan banyak smelter. apa saja?

Baca Selengkapnya

Sidang Korupsi Timah, Eks Dirut PT Timah Beberkan Alasan Lakukan Kerja Sama dengan 5 Smelter Swasta

1 hari lalu

Sidang Korupsi Timah, Eks Dirut PT Timah Beberkan Alasan Lakukan Kerja Sama dengan 5 Smelter Swasta

Eks Dirut PT Timah Tbk Mochtar Riza Pahlevi Tabran mengungkap alasan memilih bekerja sama dengan lima smelter swasta.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Resmikan Smelter Tembaga di NTB, Berikut Proses Pengolahan Tembaga

1 hari lalu

Presiden Jokowi Resmikan Smelter Tembaga di NTB, Berikut Proses Pengolahan Tembaga

Pengolahan tembaga di smelter adalah proses rumit yang dimulai dengan penambangan bijih kurang dari 1 persen tembaga.

Baca Selengkapnya

AS Anggap Nikel Indonesia Dibuat dengan Kerja Paksa, Kemnaker: Masih Indikasi

1 hari lalu

AS Anggap Nikel Indonesia Dibuat dengan Kerja Paksa, Kemnaker: Masih Indikasi

Pemerintah akan segera menurunkan tim untuk menginvestigasi laporan adanya kerja paksa di smelter nikel.

Baca Selengkapnya

Bahlil Sebut Pemerintah Dorong Pengurangan Emisi Industri Lewat Pemanfaatan EBT untuk Smelter

1 hari lalu

Bahlil Sebut Pemerintah Dorong Pengurangan Emisi Industri Lewat Pemanfaatan EBT untuk Smelter

Bahlil mengaku sudah berdiskusi dengan pemilik smelter Weda Bay mulai 2025 pengolahan nikel disana akan menggunakan PLTS di lahan bekas tambang

Baca Selengkapnya

Sidang Korupsi Timah, Saksi Mengaku Diminta Bikin Kajian dengan Tanggal Mundur

1 hari lalu

Sidang Korupsi Timah, Saksi Mengaku Diminta Bikin Kajian dengan Tanggal Mundur

Pegawai PT Timah mengaku pernah diminta membuat kajian tentang kerja sama dengan perusahaan smelter swasta, tapi dengan tanggal mundur

Baca Selengkapnya

Menteri Perindustrian Terima Gelar Honoris Causa dari Hiroshima University

1 hari lalu

Menteri Perindustrian Terima Gelar Honoris Causa dari Hiroshima University

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang terima gelar honoris causa dari Hiroshima University

Baca Selengkapnya

Sidang Korupsi Timah: Smelter Swasta Ini Setor Uang ke Money Changer Helena Lim, Ditulis Biaya Koordinasi

1 hari lalu

Sidang Korupsi Timah: Smelter Swasta Ini Setor Uang ke Money Changer Helena Lim, Ditulis Biaya Koordinasi

Sidang dugaan korupsi timah dengan terdakwa Helena Lim kembali dilanjutkan

Baca Selengkapnya

Bahlil Sebut ke Depan Indonesia Jadi Penentu Harga Nikel Dunia, Ini Sebabnya

2 hari lalu

Bahlil Sebut ke Depan Indonesia Jadi Penentu Harga Nikel Dunia, Ini Sebabnya

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia sudah sepantasnya jadi penentu harga nikel, batu bara dan timah karena merupakan produsen utamanya

Baca Selengkapnya

Sidang Korupsi Timah: Smelter Swasta Kirim Miliaran Rupiah ke Money Changer Helena Lim tapi Tak Dicatat

2 hari lalu

Sidang Korupsi Timah: Smelter Swasta Kirim Miliaran Rupiah ke Money Changer Helena Lim tapi Tak Dicatat

Staf Keuangan PT Stanindo Inti Perkasa, Yulia, membeberkan pihaknya mengirimkan uang miliaran rupiah ke money changer Helena Lim

Baca Selengkapnya