Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Jumat, 26 April 2024 07:07 WIB

Prabowo dan Jokowi di restoran Seribu Rasa. Instagram/Prabowo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menilai, RAPBN 2025 yang disusun pada masa transisi akan mendapat banyak tekanan berat. Hal ini sekaligus akan menjadi ujian kredibilitas fiskal Indonesia di masa mendatang.

Menurut dia, setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan tekanan itu.

Pertama, Yusuf menerangkan bahwa APBN transisi akan menanggung beban yang kian berat, di antaranya beban belanja terikat seperti belanja gaji, belanja barang dan pembayaran bunga utang.

Kedua, Yusuf memperingatkan kenaikan ruang fiskal dari rasio utang yang sangat terbatas. Dia menyebutkan, rasio utang usai pandemi pulih dengan cepat dari hanya 8,3 persen dari PDB pada 2020 menjadi 10,4 persen dari PDB pada 2022.

"Namun, kenaikan tax ratio yang signifikan ini banyak terbantu oleh kenaikan harga komoditas global, terutama batu bara dan sawit," ujar Yusuf dalam pesan tertulisnya kepada Tempo, Kamis, 25 April 2024.

Advertising
Advertising

Pada 2021 - 2022, Yusuf menjabarkan, tax ratio pulih dengan cepat, yaitu 9,1 persen dari PDB pada 2021 dan 10,4 persen dari PDB pada 2022. Tetapi, pada 2023 tax ratio turun menjadi 10,2 persen dari PDB dan pada 2024 diperkirakan berada di kisaran 10,0-10, persen dari PDB.

Yusuf menjelaskan, meski rasio utang 2025 ditargetkan akan mencapai kisaran 11-12 persen dari PDB, antara lain melalui rencana pendirian Badan Penerimaan Negara, namun target ini terlalu ambisius. Menurut dia, kenaikan tax ratio hingga 12 persen dari PDB dalam jangka pendek adalah terlalu sulit untuk dicapai dan karenanya menjadi tidak kredibel.

"Jika target tax ratio tidak tercapai, maka pembuatan utang baru berpotensi meningkat lebih tinggi," ucapnya.

Selain itu, dia juga mengingatkan soal proyek-proyek mercusuar warisan Presiden Jokowi seperti IKN dan PSN yang belum selesai. Ia turut menyinggung ihwal program populis Prabowo seperti program makan siang dan minum susu gratis yang juga masuk dalam RAPBN tersebut.

Hal tersebut disampaikan Yusuf ketika menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025. Pembahasan program di antaranya memang ditujukan agar APBN disusun secara kredibel dan berkelanjutan.

"Jika sejak awal APBN sudah disusun dengan memperhatikan aspirasi pemerintahan baru, hal itu lebih baik untuk memberi transparansi dan kepastian bagi perekonomian," kata Yusuf.

Pilihan Editor: Terpopuler: Jokowi Bahas Program Makan Siang Gratis Prabowo di RAPBN 2025 hingga AS Larang TikTok

Berita terkait

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

31 menit lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

52 menit lalu

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

Partai Golkar Sumut optimistis PDIP akan mengusung Musa Rajekshah dalam Pilgub Sumut 2024.

Baca Selengkapnya

Satgas IKN Sebut Pembangunan IKN tak Sebabkan Banjir

2 jam lalu

Satgas IKN Sebut Pembangunan IKN tak Sebabkan Banjir

Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Nusantara (IKN) mengklaim pembangunan IKN tidak menyebabkan banjir di kawasan.

Baca Selengkapnya

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

2 jam lalu

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin belum mengetahui di bidang apa Grace Natalie dan Juri Ardiantoro akan ditugaskan.

Baca Selengkapnya

Yusril Yakini Prabowo Tidak Mengulangi Kabinet 100 Menteri Era Soekarno

2 jam lalu

Yusril Yakini Prabowo Tidak Mengulangi Kabinet 100 Menteri Era Soekarno

Yusril meyakini Kabinet 100 Menteri di era Presiden Soekarno tak akan berulang dalam pemerintahan Prabowo-Gibran

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

2 jam lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

3 RUU dalam Sorotan Publik: RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara

2 jam lalu

3 RUU dalam Sorotan Publik: RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara

Dalam waktu berdekatan tiga RUU DPR mendapat sorotan publik yaitu RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

4 jam lalu

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas

Baca Selengkapnya

Soal Isu Kementerian Bertambah Jadi 40, Yusril: Saya Belum Dengar Resmi dari Prabowo

5 jam lalu

Soal Isu Kementerian Bertambah Jadi 40, Yusril: Saya Belum Dengar Resmi dari Prabowo

Yusril Ihza Mahendra menyebut belum ada pembicaraan resmi soal wacana jumlah kementerian bertambah dalam Koalisi Indonesia Maju

Baca Selengkapnya

Yusril Sebut Adanya Kader di Eksekutif Bisa Bantu Dongkrak Suara di Pemilu Berikutnya

6 jam lalu

Yusril Sebut Adanya Kader di Eksekutif Bisa Bantu Dongkrak Suara di Pemilu Berikutnya

Yusril mengatakan perlu strategi yang jitu untuk menempatkan kadernya sebagai kepala daerah dan kabinet untuk dongkrak suara di pemilu berikutnya

Baca Selengkapnya