Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 25 April 2024 19:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate hanya untuk jangka pendek. Keputusan tersebut diambil untuk meredam pelemahan rupiah.
"Tindakan ini kelihatannya untuk jangka pendek. Kalau rupiah bisa stabil, tentunya bisa meningkatkan kepercayaan investor atau pelaku pasar dalam berusaha di Indonesia," katanya kepada Tempo, dikutip pada Kamis, 25 April 2024.
Sebelumnya, BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
"Rapat Dewan Gubernur BI pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Kenaikan suku bunga ini, kata Perry untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global. Selain itu, juga sebagai langkah pre-emptive dan forward looking guna memastikan inflasi tetap dalam sasaran.
Menurut Ariston, keputusan BI tersebut punya efek negatif. Seperti kenaikan biaya berbisnis hingga mahalnya biaya kredit.
"Jadi, pebisnis mungkin enggan ekspansi sehingga bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi."
Selanjutnya: Pergerakan rupiah tergantung pada situasi eksternal<!--more-->
Pergerakan rupiah, kata dia bergantung pada situasi eksternal yang terjadi saat ini. Misalnya seperti konflik dan ekspektasi kebijakan pemangkasan suku bunga The Fed.
Dia menambahkan, saat ini ketegangan geopolitik masih saja berlangsung. Ditambah lagi, pelaku pasar juga masih menunggu keputusan suku bunga The Fed.
"Kalau terjadi kembali ekskalasi konflik, rupiah bisa melemah lagi. Kalau ekspektasi pemangkasan suku bunga menurun karena data inflasi AS tidak juga turun, rupiah juga bisa dalam tekanan," tuturnya.
Sementara itu, Pengamat Komoditas dan Mata Uang DCFX Futures, Lukman Leong menyebut keputusan BI cukup bijaksana dan dapat diterima. Bagi BI, menurut Lukman kestabilan nilai tukar rupiah lebih utama.
Namun, dia berpendapat bahwa efeknya bersifat sementara. "Masih akan tergantung pada prospek suku bunga the Fed."
Pilihan Editor: Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate