Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

Kamis, 25 April 2024 05:31 WIB

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan telah membentuk tim untuk menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Deddy Herlambang turut berkomentar soal rencana proyek perpanjangan kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut.

Menurut dia, kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal lebih sukses dibanding proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang kini sudah beroperasi. Sebab, kereta cepat pada dasarnya memang sebaiknya dioperasikan untuk jarak jauh minimal 800 kilometer.

"Bukannya 147 kilometer seperti Halim-Tegalluar (kereta cepat Jakarta-Bandung)," ujarnya saat dihubungi, Rabu, 24 April 2024.

Sebaliknya, menurut Deddy, negara bakal merugi apabila membangun kereta cepat dengan jarak tempuh di bawah 800 kilometer itu. Faktor biaya menjadi alasan mengapa kereta cepat Jakarta-Bandung disebut merugi.

"Jarak 100 sampai 200 kilometer, seperti ke Bandung segmentasinya pengguna mobil atau travel via jalan tol," kata Deddy. Dengan jarak tempuh yang pendek itu, ia menilai okupansi kereta cepat tersebut sangat berat.

Advertising
Advertising

Deddy juga menyatakan, bahwa kereta cepat ini tidak cocok apabila dibuat hanya untuk menempuh jarak 400 sampai 500 kilometer. Menurut dia, keberadaan kereta cepat yang jarak tempuhnya di bawah 800 kilometer itu bisa menggangu pasar pengguna bus antarkota antarprovinsi atau AKAP.

"Mayoritas bus AKAP kan melayani pengguna (jarak tempuh) 400 sampai 500 kilometer, seperti Jakarta-Semarang-Yogyakarta/Solo," ucapnya.

Selain itu, ia mengatakan bahwa dengan adanya perpanjangan dari kereta cepat Jakarta-Bandung ini bisa mengurangi kepadatan lalu lintas perjalanan udara. "Kita harus kurangi traffic perjalanan udara yang sangat padat saat ini antara Jakarta sampai Surabaya," katanya.

Soal pembiayaan proyek mercusuar kereta cepat Jakarta-Surabaya ini, Deddy mengatakan bahwa biaya penyertaan modal negara atau PMN tetap diperlukan. Alasannya, dengan taksiran proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya ini baru bisa menguntungkan paling cepat 30 tahun, adanya PMN bisa membuat keuangan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN bisa selalu sehat.

Pilihan Editor: Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

Berita terkait

Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan untuk IKN Tidak Terburu-buru dan Melanggar HAM: Semua Diganti

7 jam lalu

Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan untuk IKN Tidak Terburu-buru dan Melanggar HAM: Semua Diganti

Pemerintah akan menggusur warga di area 2.086 hektare lahan untuk proyek IKN. Ganti rugi dan tempat relokasi disiapkan.

Baca Selengkapnya

Luhut Puas Tactical Floor Game Pengamanan Tamu VVIP WWF ke-10 Bali

23 jam lalu

Luhut Puas Tactical Floor Game Pengamanan Tamu VVIP WWF ke-10 Bali

Luhut berharap pelaksanaan WWF dengan jumlah peserta yang tercatat lebih 30.000 dari 148 negara itu dapat berjalan dengan baik.

Baca Selengkapnya

Soal Kemungkinan Ekspansi di IKN, Bos MRT Jakarta: Bisa Terjadi tapi Saat Ini Masih Fokus Jalur Timur-Barat

1 hari lalu

Soal Kemungkinan Ekspansi di IKN, Bos MRT Jakarta: Bisa Terjadi tapi Saat Ini Masih Fokus Jalur Timur-Barat

Tuhiyat menyatakan prioritas MRT Jakarta saat ini menyelesaikan sejumlah proyek pembangunan jalur dan infrastruktur pendukung lainnya.

Baca Selengkapnya

Blak-blakan Masalah Budidaya Udang, Luhut Minta Kasus Karimunjawa Tak Terulang

1 hari lalu

Blak-blakan Masalah Budidaya Udang, Luhut Minta Kasus Karimunjawa Tak Terulang

Luhut mengatakan permasalahan industri budidaya udang di Indonesia disebabkan banyaknya aturan yang tumpang tindih dan tidak terintegrasi.

Baca Selengkapnya

Pertamina Bentuk Direktorat Manajemen Risiko di Seluruh Subholding

1 hari lalu

Pertamina Bentuk Direktorat Manajemen Risiko di Seluruh Subholding

PT Pertamina (Persero) resmi menetapkan direktorat baru, yaitu direktorat manajemen risiko di seluruh subholding.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Koruptor Pengadaan Lahan Bandara Ditangkap, YKKAP I Apresiasi Kejati Jawa Tengah

2 hari lalu

Koruptor Pengadaan Lahan Bandara Ditangkap, YKKAP I Apresiasi Kejati Jawa Tengah

Yayasan Kesejahteraan Karyawan Angkasa Pura I atau YKKAP I mengapresiasi Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah tangkap koruptor pengadaan lahan bandara.

Baca Selengkapnya

Setelah Sebut Orang Toxic, Luhut Kini Sarankan Prabowo Pilih Menteri dengan Rekam Jejak Bagus

2 hari lalu

Setelah Sebut Orang Toxic, Luhut Kini Sarankan Prabowo Pilih Menteri dengan Rekam Jejak Bagus

Setelah minta Prabowo tidak membawa orang 'toxic' atau bermasalah ke dalam kabinetnya, Luhut menyinggung soal track record calon anggota kabinet.

Baca Selengkapnya

Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya

2 hari lalu

Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan takjub melihat kapal OceanX.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya