TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdagangan Indonesia. Pasalnya, nilai perdagangan barang Indonesia dengan Iran dan Israel relatif kecil.

"Keduanya bukan merupakan mitra dagang utama Indonesia di kawasan Timur Tengah," ujar Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 22 April 2024.

Ia mengatakan sepanjang 2023 nilai perdagangan barang internasional Indonesia ke kawasan Timur Tengah mencapai US$ 19,2 miliar. Dari total tersebut, nilai ekspor tercatat 9,06 miliar atau 3,05 persen dari total ekspor indonesia. Sedangkan nilai impor sebesar US$ 10,13 miliar dan berkontribusi sebesar 4,57 persen terhadap total impor.

Amalia menyebutkan Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Timur Tengah US$ 1,07 miliar. Tiga negara di kawasan yang dengan nilai perdagangan terbesar dengan Indonesia adalah Arab saudi, Uni Emirat Arab, dan Oman. 3 komoditas migas dan non migas utama yang diekspor dan diimpor ke tiga negara tersebut

Sepanjang 2023, Amalia mengatakan nilai ekspor Indonesia ke Iran hanya mencapai US$ 195,13 juta. Angka ini 2,15 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Kawasan Timur Tengah. Tiga komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Iran antara lain, buah-buahan, kendaraan dan bagiannya, dan berbagai produk kimia.

Sedangkan nilai impor mencapai barang ke Iran sebesar 11,72 juta atau 0,12 persen terhadap total impor dari kawasan Timur Tengah. Komoditas utama impor dari Iran buah-buahan, BBM, dan bahan kimia organik. Dengan demikian Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan Iran sekitar US$ 183,41 juta.

Untuk perdagangan dengan Israel sepanjang 2023 ekspor Indonesia ke Israel mencapai US$ 165,77 juta. Angka ini sebesar 1,83 persen terhadap total ekspor ke Timur Tengah. Sedangkan impor hanya US$ 21,93 juta atau 0,22 persen dari total impor Indonesia dari Timur Tengah.

Pilihan Editor: Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun