Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Grace gandhi
Minggu, 21 April 2024 13:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati menyebut, investasi yang dibutuhkan dalam mewujudkan transisi energi sangatlah besar.
Sri Mulyani menegaskan, seluruh perencanaan iklim masa depan harus memprioritaskan inklusivitas dan keadilan. Menurut dia, transisi yang adil dan terjangkau harus dipastikan, selaras dengan G20 Transition Finance Framework.
"Berbicara mengenai transisi menuju ekonomi rendah karbon, ada satu hal yang begitu melekat. Investasi yang dibutuhkan sangatlah besar," kata Sri Mulyani dalam Working Dinner G20 Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting di Washington D.C, Amerika Serikat pada 17 April 2024 waktu setempat.
Berdasarkan data United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), kata dia, terdapat kesenjangan investasi tiap tahun. Kesenjangan investasi yang dimaksudnya kurang lebih sebesar US$ 400 miliar untuk mengimplementasikan elemen-elemen esensial dari transisi tersebut.
Bendahara Negara itu menyebut, Energy Transition Mechanism atau ETM Country Platform hadir sebagai blended finance framework untuk memobilisasi sumber daya keuangan dan dukungan internasional.
Selanjutnya: Sri Mulyani mengungkapkan salah satu pilot project yang....
<!--more-->
Sri Mulyani mengungkapkan salah satu pilot project yang sudah berjalan, yakni pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Cirebon 1 power plant.
"Dengan kapasitas 660 megawatt, akan membutuhkan biaya kurang lebih US$ 1,3 miliar untuk memensiunkan dini pembangkit listrik ini dalam 7 tahun ke depan. Namun, proses ini dapat menyelamatkan 28.5 juta ton CO2e," tutur Sri Mulyani.
Di samping itu, Sri Mulyani mengingatkan bahwa kredit karbon juga harus segera disiapkan. Utamanya mengenai selera investasi sektor swasta akan instrumen ini. Menurut dia, peranan multilateral development bank seperti World Bank, ADB, dan AIIB sangatlah kritikal dalam mengoreksi persepsi risiko dan manajemen.
"Tanpa peranan mereka, kita hanya akan bergantung pada pembiayaan publik, baik pada skala nasional maupun global dan tidak menarik pembiayaan dari sektor swasta sama sekali," ucap Sri Mulyani.
Sri Mulyani bersama Menteri Keuangan Belanda Steven van Weyenberg menyambut baik segala kolaborasi dalam hal transisi dan solusi permasalahan iklim. "Termasuk dalam Task Force for the Global Mobilization against Climate Change," kata dia.
Pilihan Editor: Harga Emas Antam Hari Ini Stagnan di Rp 1.347.000 per Gram