Penjualan Gucci Jeblok 20 Persen, Apa Sebabnya?

Jumat, 22 Maret 2024 07:31 WIB

FOTO FILE: Pembeli berdiri di depan toko merek mewah Gucci di Avenue Montaigne di Paris, Prancis, 13 Juli 2022. REUTERS/Rali Benallou

TEMPO.CO, Paris - Saham perusahaan multinasional pemilik merek Gucci, Kering, merosot 15 persen pada Rabu lalu, 20 Maret 2024. Jebloknya saham perusahaan asal Prancis ini dipicu oleh anjloknya penjualan Gucci hingga 20 persen sebelumnya. Tantangan ekonomi di Asia, terutama di Cina menjadi penyebabnya.

Dengan penurunan harga saham Kering di awal sesi perdagangan itu, kapitalisasi pasar dengan nilai sekitar 7,9 miliar euro atau U$ 8,6 miliar menyusut. "Ini juga menyeret turun harga saham perusahaan barang mewah terkemuka lainnya seperti LVMH, dan Hermes," dikutip dari Reuters, pada Kamis, 21 Maret 2024.

Penjualan produk Gucci yang merosot itu sangat berdampak pada saham Kering. Sebab, Gucci selama ini menyumbang setengah penjualan grup Kering dan dua pertiga profit perusahaan.

Saat ini, label Gucci sedang menjalani perombakan desain di bawah pimpinan Sabato de Sarno. Perombakan dilakukan untuk mengungguli para pesaingnya, seperti Louis Vuitton dan Dior dari LVMH.

Kering memperkirakan penjualan grup akan turun sekitar 10 persen pada tiga bulan pertama tahun ini. Angka tersebut jauh lebih buruk dari ekspektasi konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 3 persen.

Kenapa Penjualan Gucci Jeblok?

Advertising
Advertising

Analis James Grzinic membeberkan sejumlah analisisnya soal penyebab penurunan penjualan Gucci. Ia menilai saat ini konsumen kurang menyukai produk-produk klasik dan lawas, seperti tas kulit mewah ciri khas Gucci.

Selain itu, harapan pemulihan di pasar Cina kandas karena adanya perlambatan ekonom, krisis utang di sektor properti utama, dan tingginya pengangguran kaum muda. Walhasil, pertumbuhan pasar barang mewah di Cina pun diperkirakan hanya satu digit pada tahun ini. Padahal tahun lalu, angkanya bisa mencapai 12 persen.

Sejumlah analis juga telah mencatat perbedaan nasib label-label fesyen kelas atas seiring dengan melambatnya pertumbuhan industri ini. Beberapa merek yang menyasar pada konsumen kelas atas, seperti Hermes dan LVMH, mengungguli pesaing-pesaing kecil seperti Burberry.

Sementara label asal Inggris yang sedang merombak merek telah memberikan prediksinya pada Januari lalu. Barcalys, misalnya, memperkirakan pertumbuhan perusahaan-perusahaan mewah kelas atas bakal sekitar 5 persen pada 2024.

Proyeksi pertumbuhan tersebut turun dari hampir 9 persen dibandingkan tahun lalu. Adapun prediksi penurunan pertumbuhan itu di antaranya karena konsumen muda yang cenderung menjadi lebih hemat di tengah kenaikan laju inflasi belakangan ini.

Pilihan Editor: Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

Berita terkait

Laporkan Kinerja 2023, Laba Bersih Jasa Marga Capai Rp 6,8 Triliun

10 jam lalu

Laporkan Kinerja 2023, Laba Bersih Jasa Marga Capai Rp 6,8 Triliun

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. atau JSMR melaporkan kondisi kinerja perseroan selama tahun 2023 dengan laba bersih mencapai Rp 6,8 triliun.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

13 jam lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

PT Timah Rombak Direksi untuk Perbaikan Bisnis

14 jam lalu

PT Timah Rombak Direksi untuk Perbaikan Bisnis

PT TIMAH Tbk melakukan perombakan direksi melalui RUPST. Berharap bisa memperbaiki bisnis perusahaan.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

18 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

1 hari lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

1 hari lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Melemah di Sesi I, Saham BBRI Paling Aktif Diperdagangkan

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Melemah di Sesi I, Saham BBRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG melemah di sesi pertama Rabu, 8 Mei 2024, menutup sesi pertama di level 7,097,7.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

1 hari lalu

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

Tren harga beberapa saham besar menurun, investasi di reksa dana saham pun terdampak.

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

1 hari lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya