Bank Indonesia Memiliki Sisa Insentif Likuiditas Rp 122 Triliun

Reporter

Tempo.co

Editor

Agung Sedayu

Kamis, 22 Februari 2024 14:01 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat masih memiliki sisa insentif likuiditas sebesar Rp 122 triliun. Dana tersebut berasal dari kebijakan insentif makroprudensial berupa pemotongan giro wajib minimum (GWM) dari 9 persen menjadi 5 persen pada tahun lalu.

Dana ini menurut Gubernur BI Perry Warjiyo bisa dimanfaatkan oleh perbankan untuk menyalurkan kredit, sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, Perry mewanti-wanti perbankan untuk benar-benar memanfaatkan dana tersebut untuk kredit karena insentif ini dimaksudkan untuk kegiatan produktif.

“Ini ada dana Rp 285 triliun sejak tahun lalu, sekarang sudah dimanfaatkan Rp 163 triliun. Masih ada Rp 122 triliun ayo bank silahkan, dana tersedia sepanjang untuk penyaluran kredit,” ujarnya pada sesi pengumuman hasil rapat Dewan Gubernur bulanan BI, Rabu, 21 Februari 2024.

Sementara itu Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial ini berlaku sejak Oktober 2023 lalu. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menyalurkan kredit ke sektor tertentu, seperti hilirisasi mineral dan batu bara, hilirisasi pertanian, perumahan, dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Penyaluran yang sudah dilakukan adalah untuk sektor UMKM. Baik untuk pembiayaan ultra mikro maupun usaha kecil menengah. “Juga di sektor hilirisasi non minerba seperti pertanian ya, ada pangan, peternakan, perikanan. Selebihnya di sektor perumahan dan hilirisasi minerba,” ujarnya di kesempatan yang sama.

Advertising
Advertising

Sejak tahun lalu BI memang membuat kebijakan insentif likuiditas makroprudensial untuk mendorong kredit. Dari 9 persen, saat ini GWM moneter diturunkan menjadi 5 persen. Sehingga sisa 4 persen diberikan dalam bentuk penyaluran kredit kepada sektor produktif dengan total dana sebesar Rp 285 triliun.

MAHADEVI PARAMITA PUTRI (Magang RRI)



Berita terkait

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

2 jam lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

16 jam lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

1 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

1 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

1 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

6 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

6 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

6 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

6 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

8 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya