Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah Rp 15.623 per Dolar AS, Bagaimana dengan Esok?
Reporter
Adinda Jasmine Prasetyo
Editor
Martha Warta Silaban
Senin, 19 Februari 2024 17:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 7 poin pada perdagangan Senin sore, 19 Februari 2024, di posisi Rp 15.623 per dolar AS. Sebelumnya rupiah sempat melemah 15 poin di level Rp 15.631 per dolar AS.
Menurut Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif tetapi tetap ditutup melemah dalam rentang Rp 15.610 hingga Rp 15.670.
Ibrahim menjelaskan pelemahan nilai rupiah di perdagangan sore ini disebabkan oleh dua faktor, yakni internal dan eksternal. Di sisi internal, pasar terus memantau Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) yang mengindikasikan kinerja penjualan eceran pada Januari 2024 mengalami peningkatan secara tahunan, meskipun terkontraksi secara bulanan.
“Hal tersebut tercermin dari IPR (indeks penjualan riil) Januari 2024 yang tercatat sebesar 216,0 atau secara tahunan tumbuh 3,7 persen yoy (year-on-year/tahunan),” ujar Ibrahim, pada Senin, 19 Februari 2024.
Ia menyebutkan peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan mayoritas kelompok, terutama kelompok barang lainnya khususnya pada subkelompok sandang sebesar 15,4 persen.
Lalu disusul oleh kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya yakni sebesar 5,4 persen yoy, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 5,3 persen secara tahunan.
Meskipun demikian, ia mengatakan, kelompok peralatan informasi dan komunikasi masih mengalami kontraksi sebesar 21,8 persen secara tahunan. “Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diprakirakan terkontraksi 1,0 persen mtm (month-to-month/bulanan), lebih rendah daripada bulan sebelumnya yang tumbuh 4,9 persen mtm,” kata dia.
Penyebab penurunan ini, menurut Ibrahim, sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat setelah periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan libur tahun baru serta faktor cuaca.
Selanjutnya: Faktor eksternal pelemahan rupiah<!--more-->
Adapun faktor eksternal pelemahan nilai rupiah sore ini yaitu karena kenaikan harga produsen AS dan adanya potensi penurunan suku bunga Federal Reserve.
Kenaikan harga produsen yang dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS merupakan yang terbesar dalam lima bulan terakhir. Ini menyusul laporan harga konsumen yang melebihi perkiraan pada bulan lalu.
“Pasar AS akan tutup pada hari Senin untuk libur Hari Presiden. Selain itu, data menunjukkan inflasi indeks harga produsen AS tumbuh lebih dari perkiraan pada bulan Januari,” ujar dia.
Ia menambahkan angka tersebut, yang muncul beberapa hari setelah data inflasi indeks harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan, membuat para pedagang semakin memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve tahun ini.
Menurut FedWatch Tool dari CME Group, dana Fed berjangka memperkirakan hanya ada 10,5 persen peluang penurunan suku bunga di bulan Maret dan 33,7 persen kemungkinan pelonggaran di bulan Mei.
“Pada awal tahun, kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan Maret adalah 79 persen,” kata Ibrahim.
Di sisi lain, pasar Tiongkok memulai kembali perdagangan dengan hati-hati. “Karena para pedagang menunggu untuk melihat apakah peningkatan belanja selama liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu akan bertahan dalam beberapa minggu mendatang,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Bank Sentral (the Fed) diprediksi mempertahankan suku bunga acuan pada rekor terendah.
Pilihan Editor: Analis Sebut Rupiah Masih Melemah meski Pilpres Satu Putaran, Ini Alasannya