Indonesia Pasar yang Menggiurkan bagi Industri Rokok Asing

Reporter

Editor

Senin, 22 Juni 2009 08:43 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Investor asing mengincar industri rokok di dalam negeri. Pasalnya, menurut Kepala Riset Recapital Securities Poltak Hotradero, bisnis rokok bagi pengusaha rokok nasional sekarang kurang menguntungkan karena cukai terus naik dan pertumbuhan penjualan cenderung turun.

Sebaliknya, perusahaan rokok asing sudah tidak bisa berkembang di negeri asalnya. "Sehingga mereka mencari peluang di tempat lain," kata Poltak kepada Tempo di Jakarta akhir pekan lalu.

Poltak menjelaskan, di negara maju penjualan rokok terus turun karena tingginya kesadaran kesehatan, ketatnya peraturan periklanan, dan lambatnya pertumbuhan populasi. Beda dengan di negara berkembang seperti Indonesia, potensi pasar rokok masih besar, regulasi relatif longgar, dan jumlah penduduk masih tumbuh pesat.

Seperti diketahui, Rabu pekan lalu British American Tobacco Plc (BAT) mengakuisisi 85 persen saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk senilai lebih dari Rp 5 triliun. Perusahaan yang berkantor pusat di London itu membeli 56 persen saham Rajawali Group dan pemegang saham lainnya di Bentoel.

Perusahaan rokok asal Amerika Serikat, Philip Morris International Inc, sebelumnya mengakuisisi 98 persen saham PT HM Sampoerna Tbk melalui PT Philip Morris Indonesia pada 2005.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi sependapat bahwa Indonesia menjadi target industri rokok asing karena lemahnya regulasi pengendalian tembakau. Indonesia, misalnya, sampai sekarang belum meratifikasi Frame Convention Tobacco Control.
Cina dan India sudah meratifikasi aturan itu.

Indonesia, yang pasarnya jauh lebih besar ketimbang kedua negara tersebut, sampai sekarang belum melakukannya. Indonesia menjadi negara kelima terbesar pasar rokok dunia.

Lantaran Indonesia belum meratifikasi aturan pengendalian tembakau itu, asing berpeluang menyerbu. "Secara ekonomi pasar Indonesia memang menggiurkan," kata Tulus pada kesempatan terpisah.

Menurut dia, sebelumnya Philip Morris dan BAT mengincar Cina. Namun, Cina keburu meratifikasi aturan pengendalian tembakau internasional sehingga mereka berpaling ke Indonesia.

Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Abdillah Ahsan, berpendapat sama. Menurut dia, investor asing memilih Indonesia karena regulasi perlindungan kesehatan dari rokok sangat lemah. "Nanti pasti akan ada akuisisi lagi terhadap industri rokok nasional," katanya.

Perusahaan rokok Indonesia mayoritas merupakan bisnis keluarga. Ketika sampai pada generasi ketiga, bisnis itu makin lemah sehingga akuisisi dari perusahaan asing begitu mudah terjadi.

Abdillah juga menyinggung kerugian yang timbul akibat Indonesia tidak meratifikasi kebijakan pengendalian tembakau. Dari sisi konsumen, 70 persen perokok adalah masyarakat miskin. Akibatnya, terjadi transfer pendapatan perokok anak dan orang miskin ke industri rokok. "Uangnya mengalir ke mereka, penyakitnya di kita," ujarnya.

Hasil penelitiannya menunjukkan, 12 persen dari pendapatan masyarakat miskin digunakan untuk konsumsi rokok atau sekitar Rp 117 ribu per bulan habis untuk rokok.

Menurut catatan Jaringan Pengendalian Tembakau Indonesia, Indonesia menangguhkan pembahasan Rancangan Undang-undang Pengendalian Tembakau, yang sudah terdaftar dalam agenda Program Legislasi Nasional 2009.

Saat ini Indonesia mengkonsumsi 250 miliar batang rokok per tahun. Indonesia juga menyumbang hampir separuh (46 persen) dari jumlah perokok di kawasan Asia Tenggara.

BUNGA MANGGIASIH | NIEKE INDRIETTA

Berita terkait

Soal Lobi ke Istana, Bos Perusahaan Rokok Sebut Penyampaian Pendapat sesuai Aturan

49 hari lalu

Soal Lobi ke Istana, Bos Perusahaan Rokok Sebut Penyampaian Pendapat sesuai Aturan

Faisal Basri menyatakan perusahaan rokok memiliki lobi-lobi yang kuat di lingkungan Istana dan pembuat undang-undang.

Baca Selengkapnya

Produsen Rokok Bantah Lobi-lobi Pemerintah untuk Keluarkan Kebijakan Pro Rokok

49 hari lalu

Produsen Rokok Bantah Lobi-lobi Pemerintah untuk Keluarkan Kebijakan Pro Rokok

Benny mengklaim industri rokok hanya melakukan komunikasi dengan pemerintah melalui jalur-jalur yang legal.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Punya Kedekatan dengan Industri Rokok

50 hari lalu

Jokowi Disebut Punya Kedekatan dengan Industri Rokok

Jokowi sempat ogah membahas masalah rokok bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Disebut punya kedekatan dengan industri rokok.

Baca Selengkapnya

Terkini: Daftar Bisnis Panji Gumilang Selain Al Zaytun, Jembatan Rel Lengkung LRT Jabodebek Salah Desain?

3 Agustus 2023

Terkini: Daftar Bisnis Panji Gumilang Selain Al Zaytun, Jembatan Rel Lengkung LRT Jabodebek Salah Desain?

Setelah resmi ditetapkan sebagai tersangka, sejumlah bisnis milik Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Panji Gumilang menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Minta Industri Rokok Prioritaskan Tembakau Petani dan Batasi Impor, Ini Sebabnya

3 Agustus 2023

Ganjar Pranowo Minta Industri Rokok Prioritaskan Tembakau Petani dan Batasi Impor, Ini Sebabnya

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta industri rokok memprioritaskan menyerap tembakau hasil produksi petani lokal.

Baca Selengkapnya

Lintasan Waktu Rokok Linting, Tingwe dan Kerabatnya

12 Mei 2023

Lintasan Waktu Rokok Linting, Tingwe dan Kerabatnya

Keberadaan cikal bakal rokok di Tanah Air telah ada sejak era 1600-an. Hal ini seiring masuknya tembakau ke wilayah Nusantara.

Baca Selengkapnya

Gagal Atasi Endemi Rokok sehingga Perokok Anak Meningkat, Koalisi Sipil Beri Rapor Merah untuk Jokowi - Ma'ruf

26 November 2022

Gagal Atasi Endemi Rokok sehingga Perokok Anak Meningkat, Koalisi Sipil Beri Rapor Merah untuk Jokowi - Ma'ruf

Menurut Ifdhal Kasim, kabinet Jokowi - Ma'ruf tidak hadir selama ini dalam menangani masalah epidemi rokok di Tanah Air.

Baca Selengkapnya

Cukai Rokok 2023 dan 2024 Naik 10 Persen, Ini Kajian dan Pertimbangan Kemenkeu

5 November 2022

Cukai Rokok 2023 dan 2024 Naik 10 Persen, Ini Kajian dan Pertimbangan Kemenkeu

Febrio Kacaribu memaparkan berbagai pertimbangan atas ditetapkannya kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10 persen.

Baca Selengkapnya

Bandara Kediri Rp 10,8 Triliun Ditargetkan Rampung 2023, Gudang Garam: Bukan Exit Strategy

17 September 2022

Bandara Kediri Rp 10,8 Triliun Ditargetkan Rampung 2023, Gudang Garam: Bukan Exit Strategy

Pembangunan Bandara Kediri dipastikan tidak berkaitan dengan kondisi penjualan rokok oleh Gudang Garam.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Vape Rumahan Diperkirakan Tertahan, Apa Penyebabnya?

11 Agustus 2022

Pertumbuhan Industri Vape Rumahan Diperkirakan Tertahan, Apa Penyebabnya?

Pemasukan cukai dari industri vape di Bandung tahun ini diperkirakan lebih tinggi ketimbang tahun lalu.

Baca Selengkapnya