Telkomsel Bicara Potensi dan Tantangan Industri Telekomunikasi ke Depan
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 30 November 2023 16:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Corporate Communications and Social Responsibility PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Saki H. Bramono menjelaskan potensi dan tantangan industri telekomunikasi ke depan tentu makin besar. Setiap operator dan provider harus dapat terus melakukan peningkatan kualitas, performansi, dan kecepatan internet.
“Sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan yang terus meningkat melalui beragam pilihan paket yang lebih baik dan pelayanan pelanggan yang memuaskan,” ujar Saki kepada Tempo pada Selasa, 28 November 2023.
Menurut dia, Telkomsel secara konsisten menghadirkan layanan dan produk Fix Mobile Convergence (FMC) yang menjangkau seluruh wilayah. Hal itu selaras dengan semangat Indonesia dalam menciptakan terobosan dan mengusung inovasi dalam memajukan bangsa.
Termasuk juga melakukan pengembangan dan penggelaran jaringan broadband terdepan, seperti teknologi 5G) secara bertahap dan terukur di seluruh wilayah. Dalam rangka mendukung pengembangan dan penggelaran jaringan 5G itu, kata Saki, pemerintah juga diharapkan dapat memberikan insentif berupa relaksasi beban pembayaran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Insentif lain yang diharapkan berupa pengurangan (sampai dengan nol rupiah) kewajiban pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) pita frekuensi baru selama periode tertentu. “Sehingga, beban dapat dialihkan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan biaya investasi dan operasional pada pengembangan infrastruktur serta teknologi baru lainnya,” tutur Saki.
Selain itu perlu selalu dilakukan kolaborasi bersama antara pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN), swasta, civil sociaty organization, praktisi, akademisi, dan pihak-pihak terkait untuk menumbuhkembangkan ekosistem digital. Karena industri telekomuniasi bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.
Selain itu termasuk bagaimana pengembangan use case industrial dan kesiapan industri vertikal untuk mengadopsi teknologi dan ekosistem digital yang ada. Mulai dari kawasan strategis dan potensial hingga wilayah pemukiman yang semakin membutuhkan layanan konektivitas dan beragam solusi digital. “Sehingga dapat mengakselerasikan kemajuan bangsa,” ucap Saki.
Soal tarif internet, dalam Studi Cable, Indonesia berada di posisi nomor 17 dengan internet termurah di dunia dengan harga rata-rata internet per GB senilai US$0,28 (setara Rp 4.357 dengan kurs Rp 15.561 per US$). Cable menuliskan bahwa biaya rata 1 GB itu dihitung dari lebih dari 5.600 paket data selular di seluruh dunia yang diukur pada Juni-September 2023.
Dalam daftar Cable, disebutkan sepuluh besar negara dengan internet termuah yakni Israel (US$ 0,02); Italia (US$ 0,09); Fiji (US$ 0,09); San Marino (US$ 0,10); Kamboja (US$ 0,12); Pakistan (US$ 0,12); India (US$ 0,16); Kirgizstan (US$ 0,17); Prancis (US$ 0,20); dan Kolombia (US$ 0,20).
Adapun peringkat kesebelas hingga kedua puluh yakni Haiti (US$ 0,22); Bangladesh (US$ 0,23); Sri Lanka (US$ 0,25); Laos (US$ 0,25); Rusia (US$ 0,25); Ukraina (US$ 0,27); Indonesia (US$ 0,28); Uruguai (US$ 0,28); Moldova (US$ 0,28); dan Malaysia (US$ 0,28).
Pilihan Editor: 10 Contoh Pasar Oligopoli di Indonesia