S&P Pertahankan Peringkat Utang Indonesia BBB dengan Outlook Stabil, Respons Gubernur BI?

Rabu, 5 Juli 2023 14:22 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Selasa, 31 Januari 2023. International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2023 yang semula 2,7 persen menjadi 2,9 persen. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) mempertahankan tingkat utang atau sovereign credit rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 4 Juli 2023. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan keputusan tersebut mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi yang solid, rekam jejak kebijakan yang baik, dan konsolidasi fiskal yang lebih cepat dari target awal.

"Di sisi lain, outlook stabil mencerminkan keyakinan S&P terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi Indonesia untuk dua tahun ke depan, yang akan mendukung kinerja fiskal dan stabilisasi utang," tutur Erwin dalam keterangan tertulis pada Rabu, 5 Juli 2023.

Menanggapi keputusan S&P tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo menilai afirmasi rating Indonesia telah menunjukkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional atas stabilitas makro ekonomi Indonesia.

Menurut dia, hal ini juga mencerminkan terjaganya prospek ekonomi Indonesia dalam jangka menengah di tengah peningkatan risiko global yang berasal dari tensi geopolitik dan perlambatan ekonomi global.

Dia berujar kepercayaan dunia internasional ini didukung oleh kredibilitas kebijakan yang tinggi. Selain itu, ia menilai hal itu didukung oleh sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Pemerintah dan Bank Indonesia.

Advertising
Advertising

Ke depannya, kata Perry, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik. Bank Indonesia juga akan merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Selanjutnya: Perry menyebut langkah-langkah itu...

<!--more-->

Perry menyebut langkah-langkah itu di antaranya, penyesuaian lebih lanjut stance kebijakan dan memperkuat sinergi dengan pemerintah. Tujuannya untuk mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Adapun S&P memperkirakan penurunan tekanan inflasi yang disertai dengan kenaikan belanja Pemerintah menjelang pemilu dapat mendorong peningkatan konsumsi swasta pada paruh kedua 2023. Hal tersebut, menurutnya, akan mendukung kinerja ekonomi Indonesia di tengah tantangan permintaan global yang melambat.

Sehingga, kata Perry, ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,8 persen. S&P juga berkeyakinan bahwa reformasi kebijakan yang terus berlanjut dengan dukungan struktur demografi yang menguntungkan akan berdampak positif pada ekonomi Indonesia.

Hal tersebut, menurutnya, turut diperkuat oleh penerapan Undang-undang Cipta Kerja yang baru direvisi oleh Pemerintah pada awal tahun ini. Dia berharap kondisi ini dapat memperbaiki iklim usaha sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi potensial.

Sementara dari sisi eksternal, menurut Perry, S&P memandang perbaikan kinerja sektor eksternal Indonesia mampu menahan dampak perlambatan harga komoditas. Implementasi kebijakan hilirisasi dan peningkatan kapasitas pemrosesan di sektor pertambangan dinilai dapat membantu meningkatkan penerimaan ekspor.

Lebih lanjut, S&P juga memandang positif level cadangan devisa yang kembali meningkat, setelah sempat menurun pada paruh kedua 2022. Hal tersebut didukung oleh surplus neraca transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing.

Selanjutnya: Dari sisi fiskal, S&P melihat konsolidasi fiskal yang...

<!--more-->

Dari sisi fiskal, S&P melihat konsolidasi fiskal yang lebih cepat berdampak pada penurunan defisit fiskal Indonesia. Angkanya kini menjadi di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) satu tahun lebih cepat dari target.

Defisit fiskal tercatat 2,4 persen dari PDB pada 2022. Nilainya jauh lebih rendah dari 2021 yang mencapai 4,7 persen dari PDB. S&P memperkirakan defisit fiskal pada 2023 akan kembali turun menjadi sekitar 2,3 persen dari PDB. Hal itu didukung oleh penerimaan yang lebih tinggi dan belanja Pemerintah yang terkendali.

Perry menilai defisit fiskal yang menurun akan mengurangi utang pemerintah dan beban bunga. Namun, menurutnya, perlu dicermati bahwa basis penerimaan pemerintah yang masih terbatas tetap menjadi tantangan bagi perkembangan rating Indonesia ke depan.

S&P pun mencatat peran yang signifikan dari Bank Indonesia dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank Sentral juga dianggap mampu meredam dampak gejolak ekonomi dan keuangan terhadap ekonomi domestik.

Dukungan Bank Indonesia dalam pembiayaan defisit fiskal melalui pembelian surat berharga pemerintah pun dinilai dapat membantu pengelolaan beban bunga ketika pasar keuangan sedang mengalami tekanan. Menurut S&P, Bank Indonesia juga semakin mengandalkan instrumen berbasis pasar untuk menerapkan kebijakan moneter.

Pilihan Editor: Defisit APBN Berhasil Ditekan, Sri Mulyani Batal Tarik Utang Rp 289,9 Triliun

Berita terkait

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

9 jam lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

19 jam lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

1 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

BI optimistis rupiah akan terus menguat sesuai fundamental.

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

1 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

1 hari lalu

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

Ahsan Hariri, kontraktor pembangunan gedung baru Masjid Al Barkah di Cakung, Jakarta Timur, dikabarkan puunya banyak utang.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

2 hari lalu

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

Pemerintah menyerap dana sebesar Rp 7,025 triliun dari pelelangan tujuh seri surat utang yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

6 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

6 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya