Rencana Impor KRL Bekas, Wamen BUMN: Masih Kajian Final, Jika Disetujui Desember Beroperasi
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Martha Warta Silaban
Rabu, 3 Mei 2023 18:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan perkembangan rencana impor KRL bekas dari Jepang. Ia mengatakan masih melakukan kajian final bersama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau BPKP dan Menteri Koordinator Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
“Itu butuh waktu. Kalau nanti disepakati ya mungkin kita akan dorong, mungkin sekitar 6 bulan. Jadi kalau misalnya kita akselerasi dari Mei atau Juni harapan kita Desember sudah bisa operasi dan nambah,” ujar dia saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 3 Mei 2023.
Kartika mengatakan pemerintah menyadari bahwa masyarakat membutuhkan solusi segera mengenai KRL. PIhaknya juga sudah menghitung ulang, dan hasilnya akan ada peningkatan 10-12 unit KRL yang harus di akselerasi. “Ini sudah kita minta Pak Kepala BPKP Muhammad Yusuf Ateh untuk mengawal proses pengadaannya,” kata dia.
Selain itu, pemerintah juga sedang meneliti kereta tua yang bisa di retrofit—penambahan teknologi atau fitur baru pada sistem lama. Sehingga nanti dari 2024 ke 2025 selain kereta baru dari PT Industri Kereta Api atau Inka juga meretrofit kereta-kereta lama.
“Saya sudah diskusi dengan Pak Kepala BPKP dan lapor ke Pak Menko Marves, intinya bahwa memang ini ada hal yang kita coba bersama. Yakni kita dorong supaya peningkatan TKDN melalui pembangunan pabrik Inka di Banyuwangi, itu berjalan. Dan kita lagi kejar supaya nanti 2025 mulai produksi,” tutur Kartika.
Selanjutnya: MoU dengan PT INKA untuk pengadaan KRL baru<!--more-->
Sebelumnya Anne Purba selaku Vice President Corporate Secretary KCI mengatakan pihaknya membuat rencana 'pengadaan kereta bukan baru' untuk mengganti KRL yang rencananya mulai tahun ini akan dikonservasi. "Adapun jumlah kereta yang akan dikonservasi sebanyak 10 pada tahun 2023, dan 19 pada tahun 2024," kata Anne.
Melibatkan stakeholders dari kementerian, pengamat dan komunitas pengguna commuterline, KCI telah lebih dulu menggelar Forum Group Discussion (FGD). "Hasilnya, impor kereta bukan baru memang menjadi pilihan utama untuk menggantikan kereta-kereta yang dikonservasi," kata dia.
Menurutnya ada pilihan lain bagi kereta yang akan dikonservasi yakni dengan meningkatkan teknologinya. Akan tetapi ini membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua tahun pengerjaan. Selain itu Anne menyebutkan bahwa terkait sharing upgrade teknologi itu, pihaknya sudah berdiskusi dengan Inka, Jepang, dan Spanyol.
KCI bahkan telah menandatangani MoU dengan PT INKA untuk pengadaan KRL baru produksi lokal, dengan total pesanan 16 trainset senilai Rp 4 triliun. MoU yang diteken sejak 2022 tersebut menyepakati bahwa kereta akan bisa dioperasikan pada 2025 sampai 2026.
Kereta bekas yang hendak diimpor tidak langsung digunakan untuk operasional commuterline, tetapi akan dilakukan upgrade pada setiap gerbong. "Misalnya, mengganti AC di dalam kereta, bangku-bangku di setiap kereta, dengan barang-barang yang memiliki tingkat TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang tinggi," ujar Anne.
KCI memperhitungkan bahwa TKDN setiap trainset kereta akan menjadi 40 persen setelah interior dan eksterior kereta itu diganti, jumlah ini berada di atas standar. "Semua produk yang digunakan merupakan produk dalam negeri. Saat ini KAI Commuter masih belum mendapat izin untuk kereta bukan baru tersebut," tutur Anne.
Pilihan Editor: Soal Impor KRL Bekas, Pemerintah Diajak Naik KRL untuk Memahami Keresahan Penumpang
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.