Harga Emas Dunia Diprediksi Menguat, Begini Kata Analis

Reporter

Riri Rahayu

Editor

Grace gandhi

Jumat, 24 Maret 2023 07:27 WIB

Ilustrasi Emas Batangan. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi harga emas menguat di rentang US$ 1.926,10 hingga US$ 2.013,20 per troy ounce dalam perdagangan hari ini, Jumat, 24 Maret 2023. Sebelumnya dalam perdagangan Kamis malam, 23 Maret 2023, harga emas ditutup di level US$ 1.977,10 per troy ounce.

Ibrahim berujar, penguatan harga emas pada Kamis terjadi di tengah ekspetasi bahwa The Fed akan memiliki ruang terbatas untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, yang juga menarik dolar lebih rendah.

“Kemudian penahanan The Fed bahwa inflasi AS terlalu tinggi jarang menyebabkan lebih dari minat yang lewat di pasar emas selama setahun terakhir. Meskipun, logam kuning diberi label sebagai lindung nilai terhadap tekanan harga,” ujar Ibrahim melalui keterangannya, Kamis malam, 23 Maret 2023.

Pada Rabu, hal itu menjadi seruan untuk reli, mengembalikan emas ke level tertinggi US$ 1.900-an setelah mematahkan penurunan dua hari karena pandangan Ketua Fed Jerome Powell tentang inflasi sebagai musuh publik Amerika membawa para pencari safe-haven kembali ke logam mulia. “Jatuhnya dolar untuk kesembilan kalinya dalam 10 sesi juga membantu emas,” imbuh Ibrahim.

Adapun kemarin, The Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin. Di tengah kesulitan akibat inflasi tinggi, Powel menyatakan pihaknya berkomitmen menurunkan inflasi ke target 2 persen. Dia juga mengatakan stabilitas harga menjadi tanggung jawab The Fed. Tak hanya itu, Powel berujar, sistem keuangan AS tetap mengkhawatirkan meski menurutnya industri keuangan secara keseluruhan sehat dan tangguh.

Advertising
Advertising

“Beberapa analis melihat itu sebagai dukungan lebih lanjut untuk posisi emas sebagai tempat berlindung yang aman,” ujar Ibrahim.

Sementara The Fed menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan dan mengatakan berkomitmen untuk membatasi inflasi, perubahan dalam bahasa Fed membuat pasar bertaruh bahwa tingkat terminal bank sentral sudah terlihat. The Fed menaikkan suku bunga, tetapi melunakkan retorikanya pada pengetatan kebijakan moneter. Menuurt Ibrahim, hal itu menandakan bahwa The Fed kemungkinan mempertimbangkan jeda pengetatan kebijakan untuk mencegah hambatan ekonomi lebih lanjut.

Pergeseran potensial The Fed dalam kebijakan muncul setelah potensi krisis perbankan—yang membuat beberapa bank AS runtuh di tengah kenaikan suku bunga yang tajam. Investor pun, kata Ibrahim, menumpuk ke emas sebagai tempat berlindung yang aman.

“Dengan prospek pertumbuhan ekonomi AS yang melambat dan The Fed yang kurang dovish melanjutkan kasus untuk logam kuning,” ujarnya.

Pilihan Editor: AC Pesawat Super Air Jet Mati, Kemenhub Beri Teguran dan Minta Dilakukan Investigasi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

9 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

21 jam lalu

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

Menteri TIto Karnavian meminta kepala daerah memerhatikan inflasi di daerahnya masing-masing.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 3.000, per Gram di Level Rp 1.310.000

1 hari lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 3.000, per Gram di Level Rp 1.310.000

Harga emas Antam hari ini turun sebesar Rp 15 ribu bila dibandingkan dengan harga dalam perdagangan Senin pekan lalu.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

3 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

3 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

4 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

4 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya