TEMPO Interaktif, Jakarta: Total penyaluran kredit perbankan ke industri pelayaran tahun 2009 tumbuh 80 persen. Kendati naik signifikan, namun pangsa kredit terhadap total kredit perbankan kurang dari dua persen.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Hadad mengatakan kondisi ini menunjukkan perbankan belum melihat industri pelayaran sebagai sektor yang berpotensi. Dia melanjutkan, dengan penerapan asas <i>cabottage</i>, industri pelayaran Indonesia memiliki potensi yang besar.
"Tidak merefleksikan potensi yang ada. Harus dilihat apa yang salah untuk diperbaiki," ujarnya dalam pembukaan Workshop Dunia Usaha "Peluang Pembiayaan Industri Pelayaran Nasional" di gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (15/4).
Menurut catatan Bank Indonesia hingga Februari 2009, perbankan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 19,7 triliun, naik 80 persen dari tahun sebelumnya. Pangsa kredit pelayaran terhadap total kredit perbankan di Februari 2009 sebesar 1,52 persen, naik dari Januari 2009 yang besarnya 1,43 persen. Sementara pada periode yang sama tahun lalu sebesar 1,04 persen.
Muliaman menjelaskan keengganan perbankan mengucurkan kredit juga disebabkan terbatasnya informasi dari pengusaha. Sehingga perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya tak dapat mengukur resikonya. "Pentingnya keterbukaan dan komitmen yang jelas. Resiko yang ada dapat dihitung menjadi resiko yang terukur," tegasnya.
Tahun ini, ditargetkan, sektor perbankan tumbuh setidaknya 15 persen dari tahun lalu. Muliaman menjelaskan target itu cukup tinggi di tengah kondisi krisis keuangan. Apalagi pertumbuhan di negara lain negatif. "Tidak bisa (capai target) bila (perbankan) tidak cari peluang atau menciptakan bisnis model lainnya," keluhnya.
Sementara itu, di tempat yang sama, Direktur Lalu Lintas Angkutan Laut Departemen Perhubungan, Leon Muhamad, mengatakan pembiayaan lembaga keuangan dalam negeri kepada industri pelayaran telah sangat dinanti. "Sesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional," jelasnya.
Dengan pembiayaan ini, lanjut dia, diharapkan dapat mendorong industri pelayaran Indonesia. Selain pembiayaan, asosiasi pelayaran juga berharap adanya asuransi pihak ketiga untuk anak buah kapal.
Dalam acara itu juga diteken beberapa kerjasama pembiayaan. PT Bank CIMB Niaga meneken pembiayaan dengan PT Wintermar untuk satu unit kapal 48 meter utility vessel MVP dan satu unit kapal 50 meter AHT 5200 HP. Jumlah pinjaman sebesar US$ 10 juta.
Sementera, PT PANN Multifinance (Persero) meneken kerjasama pembiayaan dengan tiga perusahaan. Pembiayaan senilai US$ 14 juta dengan PT Putra Jaya Offshore untuk membiayai dua kapal, US$ 3,96 juta dengan PT Samudera Rezeki Permata untuk dua unit kapal Crew Boat 24 pax, dan US$ 20,5 juta dengan PT Artha Jaya Sejahtera untuk satu unit kapal general cargo 6500 DWT dan satu unit kapal tanker.
RIEKA RAHADIANA