Menaker Beberkan Tantangan Penurunan Pengangguran di Indonesia, Apa Saja?
Reporter
Riri Rahayu
Editor
Martha Warta Silaban
Rabu, 18 Januari 2023 11:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Ketenagakerjaan atau Menaker Ida Fauziyah membeberkan sejumlah tantangan dalam menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Salah satu tantangan tersebut, yakni pengangguran yang mengalami hopeless of job atau merasa tidak mungkin memperoleh pekerjaan.
“Dari total 8,4 juta orang pengangguran, sebanyak 2,8 juta atau 33,45 persen mengalami hopeless of job,” kata Ida Fauziyah, Selasa, 17 Januari, dikutip Tempo dari laman resmi Kemnaker.
Ida mengatakan dari 2,8 juta pengangguran yang mengalami hopeless of job itu, sekitar 76,90 persen merupakan pengangguran berpendidikan rendah. Mereka merupakan lulusan tingkat SMP ke bawah. Jadi, menurut Ida, hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan maupun kompetensi mereka tidak mampu mengantar mereka masuk pasar kerja.
Tantangan kedua, yakni tekanan untuk meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan, khususnya di sektor formal. Tantangan ketiga, adalah nilai budaya kerja baru. “Generasi Y dan Z yang masuk dalam pasar kerja telah membawa nilai-nilai budaya kerja baru. Misalnya nilai work life balance, pekerjaan yang bermakna, dan worktainment,” ujar Ida.
Tantangan selanjutnya, adalah risiko mismatched atau ketidaksesuaian antara supply and demand akibat digitalisasi. Dia mengatakan, digitalisasi mendorong perubahan perubahan permintaan keterampilan kerja, pola hubungan kerja, serta waktu dan tempat bekerja yang semakin fleksibel.
Ida lantas mengatakan bahwa penciptaan pasar tenaga kerja yang inklusif menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini. Oleh sebab itu, dia berujar kementeriannya telah membuat kebijakan Active Labour Market Policy (AMLP) untuk menciptakan pasar kerja yang inklusif, sehingga dapat menurunkan angka pengangguran.
Baca Juga: Penduduk Miskin Jakarta Turun 4,61 Persen, Disebabkan 2 Indikator Ini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.