Rupiah Menguat Tajam, Analis: Didorong Prospek Kenaikan Suku Bunga

Senin, 16 Januari 2023 16:19 WIB

Aktivitas pelayanan penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, Selasa, 4 Agustus 2020. Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup berbalik menguat 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp14.625 per dolar AS pada Selasa (4/8) sore. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam perdagangan sore, mata uang rupiah ditutup menguat 103 poin, meski sempat menguat 150 poin di level Rp. 15.045 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.148. Sedangkan untuk perdagangan besok, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 15.010 sampai Rp 15.100.

Ia menjelaskan indeks dolar melemah pada hari ini, Senin, 16 Januari 2023. "Dolar melemah terhadap mata uang lainnya, karena terhibur oleh prospek kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve," tutur Ibrahim melalui keterangan tertulis pada Senin, 16 Januari 2023.

Sementara spekulasi atas langkah hawkish lainnya oleh Bank of Japan dan Imbal hasil obligasi 10 tahun Jepang, tuturnya, naik di atas batas atas 0,5 persen yang ditetapkan oleh BOJ untuk hari kedua berturut-turut.

Lebih lanjut, data menunjukkan harga konsumen Amerika Serikat turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari 2,5 tahun pada Desember 2022. Dengan inflasi puluhan tahun di ekonomi terbesar dunia yang menunjukkan tanda-tanda pendinginan, menurut Ibrahim, investor sekarang semakin yakin bahwa Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga. Investasi juga meyakini suku bunga tidak akan setinggi yang dikhawatirkan sebelumnya.

Selain itu, Ibrahim mengatakan pasar sekarang memposisikan diri untuk langkah serupa dari BOJ pekan ini. Mengingat tren inflasi di Indonesia sedang di level tertinggi yaitu 40 tahun. Data inflasi indeks harga produsen pada Senin menunjukkan bahwa harga gerbang pabrik tumbuh lebih dari yang diharapkan pada Desember. Sementara pada pembacaan November juga direvisi lebih tinggi. Namun, ia memperkirakan BOJ akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada level yang sangat rendah.

Advertising
Advertising

Bank Rakyat Tiongkok pun mempertahankan suku bunga pinjaman jangkanya. Tetapi bank sentral juga menyuntikkan lebih banyak likuiditas ke pasar untuk menopang pertumbuhan ekonomi, karena negara itu bergulat dengan wabah COVID-19 yang terburuk. Namun, pasar memposisikan diri untuk pemulihan ekonomi di negara itu setelah mulai melonggarkan sebagian besar pembatasan anti-COVID pada bulan Desember.

Di sisi lain surplus neraca perdagangan sebesar US$ 54,46 miliar atau Rp816,9 triliun sangat signifikan jika dibandingkan dengan capaian surplus sepanjang 2021 yang tercatat sebesar US$ 35,34 miliar. Angka tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

Berdasarkan data BPS, surplus neraca perdagangan terus meningkat sejak tahun 2020. Saat itu, surplus kumulatif mencapai US$ 21,74 miliar. Adapun pada tahun 2019 tercatat defisit sebesar US$ 3,29 miliar, sedangkan tahun 2018 juga tercatat defisit sebesar US$ 8,7 miliar.

Sedangkan, ekspor nonmigas secara kumulatif sepanjang 2022 tercatat sebesar US$275,96 triliun, meningkat sebesar 25,80 persen. Sejalan dengan itu, ekspor migas juga mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 30,82 persen menjadi US$16,02 triliun.

Berdasarkan pangsanya, ekspor nonmigas terbesar yaitu pada bahan bakar mineral yang mencapai US$54,98 miliar atau dengan pangsa 19,92 persen. Sementara itu, impor Indonesia sepanjang 2022 tercatat mencapai US$237,52 miliar, meningkat sebesar 21,07 persen dibandingkan periode 2021.

Secara bersamaan, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$ 392,6 miliar pada November 2022. Nilai tersebut meningkat jika dibandingkan dengan posisi pada Oktober 2022 yang tercatat sebesar US$390,2 miliar.

Jika dibandingkan dengan November 2021, posisi ULN Indonesia mengalami kontraksi sebesar 5,6 persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 7,6 persen yoy. Posisi ULN Pemerintah pada November 2022 tercatat sebesar US$ 181,6 miliar, mengalami kontraksi 10,2 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 12,3 persen yoy.

Menirut Ibrahim, perkembangan ULN tersebut disebabkan oleh sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang tetap terjaga sehingga mendorong investor asing kembali menempatkan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik.

RIANI SANUSI PUTRI

Berita terkait

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

9 jam lalu

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

BI optimistis rupiah akan terus menguat sesuai fundamental.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

23 jam lalu

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

LPEM FEB UI memaparkan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi masih cenderung stagnan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

2 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

4 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

5 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

5 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

5 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

5 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya