Faisal Basri Ungkap Bancakan Proyek Luhut dan GoTo, Kemenko Marves: Jangan Buruk Sangka
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 6 Januari 2023 11:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto buka suara soal cerita ekonom senior Universitas Indonesia, Faisal Basri ihwal pertemuan mereka dengan Luhut Binsar Pandjaitan.
Sebelumnya Faisal Basri mengungkapkan geram atas proyek bancakan anak perusahaan milik Menteri Koordinator Bidang Kementerian dan Investasi, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dengan PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) untuk memproduksi kendaraan listrik.
"Urusan mereka kan business to business. Tolong Pak Faisal Basri jangan terus berburuk sangka," ujar Seto kepada Tempo, Jumat, 6 Januari 2023.
Adapun Faisal Basri bercerita bahwa pertemuan itu dilakukan di kediaman Luhut pada November 2022 lalu. Faisal mengaku menyarankan pada Luhut untuk mendorong ekosistem motor listrik dahulu ketimbang mobil listrik. Kemudian, menurut dia, Luhut menyetujui sarannya dan akan mengutus Seto ke Taiwan untuk menjajaki kerja sama dengan sepeda motor listrik di negara tersebut.
Menanggapi hal itu, Seto pun mengungkapkan dirinya tidak jadi berangkat ke Taiwan lantaran motor yang ia tunjukkan itu dinilai tidak cocok untuk dipasarkan di Indonesia. "Terlalu besar dan terlalu mahal," ucapnya.
Namun, dua hari kemudian Faisal Basri membaca berita di media telah dilakukan penandatanganan MoU antara PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dengan PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) untuk memproduksi mobil listrik.
Selanjutnya: "Saya ketemu dengan Seto, saya marah sekali ...
<!--more-->
"Seminggu kemudian saya ketemu dengan Seto, saya marah sekali. Saya bilang ini baru saya ketemu dengan Pak Luhut dua hari, kalian udah melakukan ini," tuturnya dalam diskusi publik yang diadakan Indef, Kamis, 5 Januari 2023 kemarin.
Seto pun, kata Faisal, menjelaskan dirinya diperintahkan oleh Luhut untuk menjual perusahaan tersebut. Namun hingga kini, Faisal mengatakan Elektrum masih dimiliki oleh Luhut.
"Jadi dia bikin kebijakan, dia siapkan perusahaannya. Jadi obvious sekali. Ini pemerintahan sudah harus dijatuhkan ini kalau begini namanya. Motor listrik itu juga jadi cawe-cawe mereka," ujar Faisal Basri.
Sementara itu Seto menjelaskan pihaknya dalam pertemuan itu hanya ingin benchmarking motor listrik yang sudah dikembangkan di berbagai negara. Sementara soal proyek bancakan itu, menurutnya saham Luhut di TOBA sudah minoritas dan tidak lagi memiliki perwakilan, baik di manajemen maupun komisaris.
"Nggak ada urusannya sama kerja sama TOBA dan GoTo. Kalau soal TOBA dan GoTo, silahkan ditanyakan langsung ke pihak masing-masing ya," ujar Seto.
Sebagai informasi, pada Kamis, 18 November 2022 Electrum, perusahaan patungan GOTO dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) menandatangani pokok-pokok kerja sama dengan Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Electrum dan Pertamina NRE akan menjajaki kerja sama ekosistem kendaraan listrik termasuk kolaborasi terkait infrastruktur baterai, seperti pengembangan teknologi, manufaktur, hingga komersialisasi.
Seperti diketahui pemerintah berencana memberikan insentif bagi pembeli motor dan mobil listrik di Tanah Air. Namun pemberian insentif ini mendapat banyak kritik lantaran pemerintah berencana menggelontorkan dana APBN untuk kendaraan listrik ini hingga Rp 5 triliun, dengan rincian. Adapun subsidi untuk mobil listrik sebesar Rp 80 juta, mobil HEV sekitar Rp 40 juta, sedangkan motor listrik Rp 8 juta, dan motor listrik konversi Rp5 juta.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengungkapkan pemberian insentif dapat membuat pemerintah menghemat pemberian subsidi BBM serta mendorong industri kendaraan listrik yang masih lesu di Indonesia.
Selain itu, pemerintah berdalih bantuan terhadap industri kendaraan listrik ini bertujuan untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca serta mendorong pencapaian target Net-Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat. "Akselerasi penggunaan EV kini semakin krusial, tidak hanya dalam mendukung tercapainya target penurunan emisi karbon, namun juga dalam mendorong penghematan subsidi BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia," ujar Rachmat melalui keterangannya pada Rabu, 13 Desember 2022.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini