Tekan Dampak Resesi 2023, Pemerintah Bakal Revisi Target Ekspor
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Francisca Christy Rosana
Senin, 26 Desember 2022 16:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pemerintah akan merevisi target capaian ekspor tahun depan. Pemerintah mengantisipasi dampak resesi global yang kini mulai dirasakan, yakni turunnya permintaan ekspor di industri manufaktur.
"Sekarang industri manufaktur turun melakukan banyak PHK (pemutusan hubungan kerja) karena permintaan dunia menurun. Karena itu, tahun depan kita mau fokus pasar dalam negeri," ujarnya dalam konferensi pers kinerja dan outlook 2023 di kantornya pada Senin, 26 Desember 2022.
Ia menjelaskan pemerintah akan mengalihkan produk ekspor tersebut ke pasar dalam negeri. Agar proses pengalihan pasar berhasil, pemerintah pun akan melakukan pembatasan masuknya produk impor ke Tanah Air. Sehingga, produk Indonesia, termasuk produk buatan UMKM, dapat berhasil menguasai pasar dalam negeri.
Teten berujar, pembatasan impor telah dibahas melalui rapat koordinasi bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Rencana itu juga dirembuk dalam rapat kabinet bersama Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Baca juga: Ekspor Bauksit Dilarang, Emiten Berikut Bisa Dipertimbangkan
"Kalau kita bisa menutup keran impor dan memberikan itu ke produk UMKM. Itu bisa menjadi momentum bagi UMKM untuk memanfaatkan situasi krisis dunia untuk membangun fondasi bisnis yang lebih baik," ujar Teten.
Kendati demikian, Teten tak menampik ada beberapa komoditas yang tak bisa lepas dari ekpor karena permintaan pasar global masih sangat besar dan potensial. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM akan melakukan kurasi secara selektif. Teten menyatakan pihaknya bakal melakukan pendampingan, mulai perizinan ekspor hingga pembiayaan.
"Kami dengan Bea Cukai sudah ada beberapa model untuk mempermudah ekspor," kata dia.
Teten optimististis para pelaku UMKM bisa bertahan dari ancaman resesi pada 2023. Ia bercermin pada banyaknya pelaku UMKM yang mampu bertahan ketika pandemi Covid-19 dengan terus berinovasi.
"Selama pandemi kemarin kan UMKM kita berhasil melakukan inovasi-inovasi baik inovasi produk, transformasi dari offline ke digital. Ini jadi modal dasar yang kuat membangun optimisme menghadapi krisis tahun ke depan," ujarnya.
Ia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,7 persen di kuartal ketiga tahun ini ditopang oleh konsumi rumah tangga sebesar 54 persen. Kondisi tersebut, menurut dia, menunjukkan pasar domestik masih menjadi peluang UMKM untuk bertahan menghadapi situasi krisis. Ditambah lagi, daya beli masyarakat dan inflasi dinilai masih dalam level aman.
Baca Juga: Hilirisasi Bahan Tambang, Ini 5 Sumber Daya Alam Indonesia yang Diincar Negara Lain
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.