Nilai Rupiah Akhir Pekan Ditutup Melemah 7 Poin, Tersengat Sentimen Kasus Covid di Cina
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 25 November 2022 16:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan dalam perdagangan akhir pekan ini, mata uang rupiah ditutup melemah 7 poin. Meskipun sebelumnya sempat menguat 15 poin di level Rp 15.672, dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.665.
"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.650 hingga Rp 15.700," ujarnya melalui keterangan tertulis pada Jumat, 25 November 2022.
Baca: Kurs Rupiah Ditutup Menguat Rp 15.696 per Dolar AS, Analis: Ada Ancaman Baru
Menurut Ibrahim, kekhawatiran atas memburuknya kondisi COVID-19 di Cina telah merusak sentimen. Walaupun beberapa unit regional masih ditetapkan untuk minggu yang lebih kuat karena sinyal kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve atau The Fed telah membebani dolar.
Ia menilai perekonomian terbesar di Asia sedang berjuang menghadapi rekor tertinggi dalam kasus COVID-19 harian, terlebih melihat penerapan kembali pembatasan ketat di beberapa kota besar, seperti Zhengzhou. Risalah pertemuan November Federal Reserve, tuturnya, menunjukkan bahwa bank sentral sedang mempertimbangkan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat dalam beberapa bulan mendatang.
Beberapa anggota Fed pun mendukung kenaikan suku bunga yang lebih kecil untuk mengukur dampak ekonomi dari kenaikan suku bunga tahun ini yang amat tajam. Secara luas, menurut Ibrahim, Pasar mengharapkan bank menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Desember. Meskipun, ia memprediksi kenaikan selanjutnya kemungkinan akan ditentukan oleh lintasan inflasi Amerika Serikat (AS)
Ia berujar kenaikan suku bunga AS yang lebih kecil berdampak positif bagi mata uang Asia. Pasalnya, hal itu memberi bank sentral regional lebih banyak ruang untuk memperketat kebijakan dan menyesuaikan kecepatan dengan Fed. Tetapi, pasar masih tetap tidak yakin kapan suku bunga AS akan mencapai puncaknya.
Di sisi lain, ia menilai dunia mengakui bahwa perekonomian Indonesia terus membaik, bahkan melebihi ekspektasi. Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen berturut-turut selama empat kuartal. Bahkan, kuartal ketiga tahun 2022 menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia hampir mencapai 6 persen atau 5,72 persen secara year on year (yoy).
"Itu bisa dilihat dari kinerja pemulihan ekonomi yang masih tetap berjalan dan cukup kuat di tengah pandemi Covid-19," ujarnya.
Pemulihan ekonomi yang terus berlanjut itu salah satunya ditopang oleh kinerja ekspor. Kinerja ekspor Indonesia pada Oktober 2022 mencapai US$ 24,8 miliar. Angka itu meningkat 12,30 persen secara yoy, naik 30,97 persen secara year to date (ytd), dan naik 0,13 persen secara month to month (mtm).
Pada saat yang sama, kinerja impor Indonesia tercatat mencapai US$ 19,1 miliar atau tumbuh 17,44 persen secara yoy dan 27,72 persen secara ytd. Namun, angkanya a menurun 3,4 persen secara mtm.
Dengan demikian, menurut dia, Indonesia membukukan neraca perdagangan surplus US$ 5,7 miliar pada Oktober 2022. Tren surplus terus berlanjut hingga memasuki hingga bulan ke-30. Sehingga, surplus dari neraca perdagangan ini telah mencapai kumulatif US$ 45,5 miliar, terhitung sejak Januari hingga Oktober 2022.
"Ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya US$ 30,9 miliar," kata Ibrahim.
Oleh karena itu, menurutnya, kondisi tersebut menimbulkan tambahan atau daya tahan terhadap perekonomian Indonesia yang tengah berhadapan dengan kondisi global. Interest rate di negara maju juga meningkat dan dapat menimbulkan tekanan terhadap capital flow.
Dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, Ibrahim menilai aliran dana asing akan terbawa kembali masuk ke pasar finansial dalam negeri. Alhasil, akan berdampak terhadap penguatan nilai mata uang rupiah. Selain itu, ia memperkirakan ketakutan akan resesi akan membawa kewaspadaan tersendiri bagi pemangku kebijakan.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Curhat Gubernur BI Mati-matian Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Turun jadi USD 130,1 M
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini